KETIK, PACITAN – Suhu udara di Kabupaten Pacitan tercatat mencapai 35,1 derajat Celsius, hari ini, Senin, 22 September 2025.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan, Radite Suryo Anggoro, mengatakan kondisi ini dirasakan warga sebagai hawa panas yang cukup menyengat sejak pagi hingga sore hari.
Radite mengatakan fenomena suhu maksimum di seluruh daerah di Jawa Timur pada periode ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor alam maupun kondisi lingkungan.
“Untuk Pacitan kan 35,1 derajat Celcius,” ujarnya mengacu rilis BMKG.
Posisi Matahari (Equinox) pada bulan September, matahari berada di sekitar garis khatulistiwa.
Kondisi ini membuat wilayah yang dilintasi, termasuk Jawa Timur, menerima paparan sinar matahari lebih intens sehingga suhu terasa lebih panas.
Diketahui, Jawa Timur masih berada dalam puncak musim kemarau.
Langit yang cerah dan hampir tanpa awan membuat radiasi matahari langsung menembus ke permukaan bumi tanpa penghalang, sehingga memicu kenaikan suhu signifikan.
Kawasan perkotaan cenderung lebih panas dibandingkan pedesaan.
Hal ini disebabkan oleh kepadatan bangunan, minimnya ruang terbuka hijau, serta berkurangnya vegetasi.
Kondisi tersebut menciptakan fenomena urban heat island atau pulau panas perkotaan.
Dia menyebutkan, gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) atau Gelombang Rossby yang melintas di Jawa Timur bisa memperkuat cuaca ekstrem. Meski begitu, penyebab utama suhu tinggi tetap terkait dengan minimnya tutupan awan.
BPBD Pacitan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama terhadap risiko dehidrasi, kelelahan, maupun kebakaran lahan di musim kemarau ini.
“Masyarakat diharapkan mengurangi aktivitas di luar ruangan saat siang hari, memperbanyak konsumsi air, serta menjaga kesehatan,” demikian keterangan BMKG.
Panas ekstrem ini diperkirakan masih berlanjut hingga awal Oktober, seiring dengan pergeseran posisi matahari dari garis khatulistiwa.
Meski begitu, suhu panas kali ini masih lebih rendah dari rekor historis Jawa Timur, yaitu 39,9°C yang tercatat di Lamongan pada 17 Oktober 2018.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Pacitan mengimbau masyarakat untuk:
- Menghindari dehidrasi dengan memperbanyak minum air putih.
- Mengurangi paparan langsung sinar matahari, terutama pada siang hari.
- Membatasi aktivitas luar ruangan saat suhu mencapai puncaknya.
“Warga perlu waspada dampak suhu panas ekstrem, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan pekerja luar ruangan,” tambah Radite.
BMKG memprediksi suhu panas ini masih berpotensi berlanjut hingga beberapa hari ke depan seiring berlangsungnya musim kemarau, sebelum nantinya memasuki masa peralihan ke musim hujan.(*)