KETIK, HALMAHERA SELATAN – Pelaku penipuan mencatut nama dan foto profil Kepala Inspektorat Kabupaten Halmahera Selatan, Ilham Abubakar, untuk meminta sejumlah uang kepada para kepala desa. Modus tersebut dilakukan dengan menggunakan foto Ilham sebagai profil WhatsApp, sehingga menimbulkan kesan seolah-olah pesan tersebut dikirim langsung oleh pejabat daerah.
Ilham Abubakar mengungkapkan, aksi penipuan itu telah menelan korban. Hingga kini, belasan kepala desa dilaporkan telah terperdaya dan mengirimkan uang kepada pelaku.
“Sudah ada belasan kepala desa yang menjadi korban. Mereka mengira pesan itu benar-benar dari saya karena foto dan nama yang digunakan sama,” kata Ilham Abubakar saat dikonfirmasi Ketik.com, Kamis, 18 Desember 2025, melalui WhatsApp.
Ilham menegaskan, nomor WhatsApp yang digunakan pelaku bukan miliknya, dan seluruh permintaan uang yang mengatasnamakan dirinya adalah tindakan penipuan. Ia menyebut pelaku memanfaatkan posisi dan jabatan untuk menekan korban secara psikologis.
“Modusnya meminta bantuan dana dengan alasan tertentu. Saya tegaskan, saya tidak pernah meminta uang dalam bentuk apa pun kepada kepala desa,” ujarnya.
Menurut Ilham, pencatutan identitas tersebut tidak hanya merugikan korban secara materiil, tetapi juga mencoreng nama baik institusi pengawasan daerah. Ia meminta para kepala desa dan masyarakat luas untuk lebih waspada, terutama terhadap pesan WhatsApp yang mengatasnamakan pejabat pemerintah.
“Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat, di mana pun berada, agar tidak mudah percaya. Pastikan terlebih dahulu kebenaran informasi, terutama jika berkaitan dengan permintaan uang,” tegas Ilham.
Ia juga meminta agar para korban segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib agar pelaku dapat ditelusuri dan diproses sesuai hukum yang berlaku.
“Kami berharap aparat penegak hukum bisa menindaklanjuti kasus ini. Ini sudah meresahkan dan merugikan banyak pihak,” harapnya.
Fenomena pencatutan nama pejabat melalui aplikasi pesan instan bukan kali pertama terjadi di Halmahera Selatan. Modus serupa kerap muncul dengan memanfaatkan foto profil, jabatan, serta bahasa formal untuk meyakinkan korban.
