KETIK, SURABAYA – Alih-alih sejuk seperti biasanya, awal musim hujan pada Oktober 2025 ini justru diwarnai dengan cuaca panas yang masih melanda sejumlah wilayah Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur mengimbau masyarakat untuk mewaspadai cuaca panas yang tengah melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Suhu udara terasa lebih terik akibat beberapa faktor alam dan lingkungan yang terjadi secara bersamaan.
Dalam unggahan resmi BMKG Stasiun Iklim Jawa Timur, dijelaskan bahwa salah satu penyebab utama meningkatnya suhu udara saat ini adalah gerak semu matahari.
Pada bulan September hingga Oktober, posisi matahari berada hampir tegak lurus di wilayah khatulistiwa. Kondisi ini membuat penyinaran matahari menjadi lebih optimal dan suhu permukaan bumi terasa lebih panas.
BMKG juga menyebut efek urban heat island sebagai pemicu suhu tinggi di kawasan perkotaan. Fenomena ini bisa terjadi karena padatnya bangunan, minimnya vegetasi, serta efek rumah kaca. Tak hanya itu, perubahan iklim global juga turut memperparah suhu lokal.
BMKG mengingatkan bahwa suhu udara tinggi dapat berdampak pada kesehatan masyarakat. Cuaca panas ekstrem berpotensi menyebabkan dehidrasi, kelelahan akibat panas (Heat Exhaustion), serangan panas (heat stroke) bahkan gangguan pernapasan.
Untuk mencegah dampak buruk tersebut, BMKG mengimbau masyarakat agar menghindari paparan sinar matahari langsung, terutama pada pukul 10.00 hingga 15.00 WIB. BMKG juga menyarankan agar warga memperbanyak konsumsi air putih, mengenakan pakaian yang ringan dan nyaman, serta mengurangi aktivitas luar ruangan pada jam-jam terpanas. (*)