Cuaca Panas Ekstrem Bisa Picu Stres, Begini Penjelasan Psikolog UM Surabaya

15 Oktober 2025 15:34 15 Okt 2025 15:34

Thumbnail Cuaca Panas Ekstrem Bisa Picu Stres, Begini Penjelasan Psikolog UM Surabaya
Kondisi cuana di Surabaya yang panas mempengaruhi prodiktivitas, Rabu, 15 Oktober 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Cuaca panas di Kota Surabaya tidak hanya membuat tubuh kelelahan, tapi juga menggerus kestabilan emosi masyarakat. Dalam beberapa hari terakhir, suhu di Kota Pahlawan mencapai 35 derajat celcius.

Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Marini, S.Psi., M.Psi.Psikolog mengungkapkan bahwa suhu udara yang tinggi terbukti berkorelasi dengan peningkatan stres dan agresivitas.

“Dengan agresivitas manusia ikut meningkat. Di jalan orang lebih cepat membunyikan klakson, di rumah percakapan kecil bisa berubah jadi perdebatan,” ujarnya, Rabu, 15 Oktober 2025.

Marini menjelaskan panas ekstrem membuat energi manusia terbagi dua, antara berpikir dan bertahan. Kondisi ini menyebabkan produktivitas menurun, kesabaran menipis, dan toleransi berkurang.

Otak bekerja lebih lambat karena sibuk menyesuaikan suhu tubuh ketimbang mengelola emosi.

“Jadi jangan heran kalau di hari-hari panas, banyak orang merasa tidak seperti dirinya sendiri,” jelasnya.

Marini menjelaskan, malam hari pun tidak selalu menjadi ruang pemulihan. Tidur yang terganggu oleh keringat dan suhu tinggi membuat otak tetap aktif dan tidur menjadi dangkal.

“Ketika kualitas tidur menurun, keesokan harinya kita lebih mudah marah, cemas, dan kehilangan motivasi,” tuturnya.

Dalam perspektif psikologi, kemampuan beradaptasi terhadap tekanan lingkungan disebut coping. Di tengah suhu ekstrem, coping bukan hanya soal bertahan, tetapi juga kesadaran diri.

“Kita tak bisa mengendalikan cuaca, tapi bisa mengendalikan cara meresponsnya,” kata Marini.

Ia menyarankan masyarakat menjaga keseimbangan mental dengan cara sederhana, seperti memperbanyak istirahat, membatasi paparan panas, menjaga pola makan, serta memberi waktu untuk diam.

“Kadang, diam sebentar di bawah kipas sambil menarik napas panjang jauh lebih menyembuhkan daripada terus berlari di tengah panas dunia yang riuh,” pesannya.

Marini menegaskan, kota yang panas cenderung membuat warganya tegang. Karena itu, membangun kesejukan sosial menjadi penting.

“Kesejukan bukan hanya soal suhu, tapi tentang bagaimana kita memilih untuk tetap teduh di tengah teriknya Surabaya,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Kondisi cuaca di Surabaya BMKG Surabaya membara Surabaya Panas UMSurabaya Muhammadiyah perguruan tinggi Surabaya