KETIK, SURABAYA – "Bu Khofifah minta foto bareng!" Begitulah kira-kira suasana di geladak buritan KRI Surabaya-591 ketika puluhan anggota Pramuka meminta foto bersama Kamabida Pramuka, sekaligus Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Alhasil, Khofifah dengan wajah tersenyum melayani para anggota Pramuka itu berswafoto. Tak hanya sekali, namun beberapa kali orang nomor satu di Jawa Timur itu menjadi incaran banyak anggota Pramuka yang ingin berfoto bersama.
Saat sedang asyik berfoto bersama sejumlah anggota Pramuka. Tertangkap momen unik, dimana Khofifah meminjamkan telepon genggamnya untuk berfoto bersama seorang Pramuka penggalang.
Kejadian itu berawal dari Khofifah yang hendak berjalan masuk menuju ruangan VIP dari geladak di bagian buritan KRI Surabaya. Saat berjalan, ia dicegat oleh seorang Pramuka penggalang, bernama Kiagus Dihyah.
Dihyah, sapaannya, rupanya juga ingin berfoto bersama Khofifah. Sebab momentum ini sudah bisa dipastikan tidak dapat terjadi lagi. Ia akhirnya nekat untuk mendekati Gubernur Jatim itu.
Setelah cukup dekat, Dihyah tampak memberanikan diri untuk minta berfoto bersama. Saat hendak berfoto bersama, Khofifah menanyakan telepon genggamnya. "Mana HP-nya?" Tanya Khofifah. "Tidak punya hp," jawab Dihyah.
Gubernur yang telah memimpin dua periode di Jatim itu lantas mengeluarkan telepon genggamnya untuk berfoto bersama dan menanyakan nomor teleponnya, bermaksud mengirimkan melalui aplikasi pesan instan.
Namun ketika memberikan nomor telepon, ternyata yang diberikan adalah nomor orang tuanya. Ketika sudah berhasil berfoto bersama Khofifah, wajah siswa kelas 6 SD Islam Al Azhar 56 Malang ini langsung berubah dengan senyum mengembang.
Momen ini terjadi pada saat upacara memperingati HUT ke-64 Pramuka Jawa Timur yang berlangsung di Dermaga Ujung, Koarmada II, Surabaya, Kamis, 14 Agustus 2025.
Anak-anak Kecanduan Gadget
Cerita Kiagus Dihyah yang tidak dibekali telepon genggam oleh orang tuanya, pada masa ini mungkin terdengar tidak lazim bagi sebagian orang. Sebab, di era kecepatan teknologi informasi dan komunikasi, banyak orang tua yang membekali anak mereka dengan telepon genggam.
Namun sayangnya niat orang tua memberikan telepon genggam kepada anaknya bak pisau bermata dua, terdapat sisi positif dan negatif.
Sementara itu melansir laman Universitas Gajah Mada kanal pengetahuan Psikologi yang diunggah pada 9 Juni 2024, mengumumkan jumlah anak usia dini pengguna gawai di Indonesia sebanyak 33,44%.
Jumlah tersebut dengan rincian 25,5% pengguna anak berusia 0-4 tahun dan 52,76% anak berusia 5-6 tahun. Data tersebut dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dengan data tersebut tidak menutup kemungkinan dapat memicu kecanduan gawai pada anak. Dampak kecanduan gawai pada anak menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menimbulkan masalah, seperti gangguan tidur, penurunan prestasi akademik, hingga masalah sosial dan emosional. (*)