KIP Menembus Batas #16 (Kaleidoskop 2025)

Mitigasi Jadi Jurus Jitu! Gubernur Khofifah Antisipatif Hadapi Bencana, Gercep Terjun ke Lokasi Hingga Jadi Inspirasi Pemimpin Peduli Kemanusiaan

31 Desember 2025 06:43 31 Des 2025 06:43

Thumbnail Mitigasi Jadi Jurus Jitu! Gubernur Khofifah Antisipatif Hadapi Bencana, Gercep Terjun ke Lokasi Hingga Jadi Inspirasi Pemimpin Peduli Kemanusiaan
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di sela meninjau sekaligus menangani bencana beberapa waktu lalu. (Foto: Humas BPBD Jatim)

KETIK, SURABAYA – Surabaya dan sejumlah daerah di Jawa Timur dalam beberapa hari terakhir ini hampir setiap harinya diguyur hujan deras, bahkan tak jarang mengakibatkan genangan di sejumlah titik.

Sedikit yang tahu, hujan bisa saja mengguyur lebih deras dan mengakibatkan banjir di mana-mana, namun hal tersebut dapat diantisipasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi setempat.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan langkah mitigasi bencana hidrometeorologi di Jawa Timur berjalan optimal seiring memasuki periode puncak musim hujan.

Berbagai cara dilakukan salah satunya Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sebagai langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak hujan deras yang berpotensi menimbulkan bencana.

Sebagai informasi, OMC bertujuan membantu awan yang telah terbentuk agar hujan turun lebih teratur dan merata.

OMC menggunakan bahan ramah lingkungan yang disemai melalui pesawat khusus untuk membantu pembesaran butiran air di awan sehingga hujan dapat terdistribusi lebih baik.

"OMC bukan bertujuan untuk membuat hujan tiba-tiba, melainkan agar hujan tidak turun terlalu deras di suatu tempat. Sehingga bisa mengurangi risiko banjir, tanah longsor dan bencana lainnya," ujar Gubernur Khofifah.

Pada pertengahan Desember 2025 Gubernur Khofifah bahkan meninjau langsung pelaksanaan UMC di Posko OMC Base Ops Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda di Sidoarjo.

Peninjauan dilakukan untuk memastikan kesiapan teknis dan koordinasi lintas sektor dalam upaya mengurangi risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, yang berpotensi meningkat pada musim hujan.

Gubernur menyampaikan bahwa OMC di Jawa Timur telah dimulai sejak 5 Desember 2025 dan hingga saat ini telah dilakukan sebanyak 30 kali sorti selama 17 hari masa OMC yang telah berjalan.

OMC merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui BPBD Jatim, Lanudal Juanda, BMKG, serta PT Milan Pillery Bersatu selaku operator modifikasi cuaca.

"BMKG menyampaikan bahwa puncak hujan di Desember adalah 20 persen. Puncaknya hujan ada di Januari yang mencapai 58 persen dan Februari 22 persen," ujar Khofifah.

Gubernur menekankan bahwa OMC dilaksanakan berdasarkan pendekatan ilmiah (scientific based approach). Penentuan titik persemaian awan bersifat dinamis, mengikuti pergerakan awan yang terpantau melalui radar cuaca.

"Sebagai contoh, rencana take off pukul 11.30 WIB diarahkan ke bagian selatan, sementara pukul 13.30 WIB akan difokuskan ke bagian utara. Titik semai garam atau kapur ini sesuai update pergerakan awan data satelit," kata Khofifah.

Selain upaya mitigasi melalui OMC, Gubernur Khofifah juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan berperan aktif dalam mitigasi mandiri di lingkungan masing-masing.

"Mari kita lakukan kewaspadaan bersama semaksimal mungkin untuk menghindari hal-hal yang membahayakan," ajak mantan Menteri Sosial RI tersebut.

Khofifah juga mengingatkan masyarakat mendukung kelancaran aktivitas selama musim hujan dengan menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah ke sungai, membersihkan saluran air, serta menghindari berteduh di bawah pohon besar saat hujan disertai angin kencang.

Sebagaimana dilaporkan BPBD Jatim pada Senin, 29 Desember 2025 telah dilakukan OMC sebanyak 2 Sorti dengan bahan semai CaO 1.000 kg dan NaCl 1.000 kg.

Sorti 1 dilaksanakan pada pukul 11.06 WIB hingga 12.46 WIB dengan rute penyemaian area Malang dan Blitar.

Sorti 2 dilaksanakan pada pukul 14.11 WIB hingga 16.10 WIB dengan rute penyemaian area Perairan Selat Madura.

Akumulasi penerbangan hingga 29 Desember 2025 telah dilakukan 46 sorti dengan total bahan semai yang terpakai adalah 24.000 kg CaO dan 22.000 kg NaCl dengan total jam terbang 93 jam 15 menit.

Prediksi curah hujan pada 29 Desember 2025 hujan intensitas ringan - sedang di wilayah bagian timur wilayah Jatim.

Gubernur Khofifah menjelaskan proses OMC akan berlangsung hingga 31 Desember 2025.

Pada Januari hujan diperkirakan lebih deras tiga kali lipat dari Desember. Lantas, apakah masih akan dilakukan OMC? Ia memberi tugas kepada Sekdaprov Jatim adhi Karyono selaku Kepala BPBD untuk berkoordinasi dan berkoordinasi langsung dengan BPK RI terkait boleh atau tidaknya penggunaan dana tak terduga.

BPBD Jatim juga berkoordinasi dengan BMKG Juanda terkait potensi pertumbuhan awan di Jawa Timur. Kemudian, BMKG Juanda menganalisis pertumbuhan awan yang bisa terjadi di Jawa Timur.

Sementara itu kepala pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto menyampaikan penyemaian awan untuk mengurangi potensi hujan di wilayah Jawa Timur, dengan metode OMC ini menggunakan Pesawat Cessna C208/PK-SNM.

Foto Gubernur Khofifah meninjau pelaksanaan OMC di Posko Base Ops Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda (Foto: Biro Adpim Pemprov Jatim)Gubernur Khofifah meninjau pelaksanaan OMC di Posko Base Ops Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda (Foto: Biro Adpim Setdaprov Jatim)

Mitigasi Bencana

Sebagai upaya pengendalian terhadap bencana maka BPBD Jatim melakukan langkah mitigasi yang dikerjakan dengan berbagai cara penguatan kapasitas kebencanaan berbasis komunitas.

Beberapa upayanya seperti pembelajaran kebencanaan di Taman Edukasi Bencana BPBD Jatim, pelatihan ke sekolah-sekolah dan pondok pesantren melalui Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

Berikutnya melalui pelatihan dan Pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana), lalu peningkatan kapasitas kebencanaan pegiat media melalui Camping Wartawan, serta peningkatan kapasitas dan kompetensi personel BPBD melalui pelatihan vertical rescue, water rescue, diklat bela negara dan lainnya.

Tak itu saja, sejumlah upaya lainnya adalah meningkatkan kesiapsiagaan peralatan, seperti, memasang EWS banjir dan longsor di sejumlah daerah, endorong logistik kebencanaan ke Kabupaten/kota sebagai upaya percepatan penanganan di antaranya tenda pengungsi, makanan siap saji, terpal dan sebagainya.

"BPBD Jatim juga berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan berbagai juga melakukan mitigasi bencana dengan cara penanaman bibit pohon maupun bersih-bersih sungai," kata Gatot.

Animo masyarakat untuk belajar tentang kebencanaan di area Taman Edukasi Bencana BPBD Jatim terus meningkat dari waktu ke waktu

Terbukti, hingga di penghujung tahun 2025, kunjungan masyarakat ke pusat literasi kebencanaan di Jatim ini melonjak tajam hingga mencapai 11.647 orang atau meningkat sebesar 145,6 persen, dibanding tahun 2024 yang masih sejumlah 4.741 orang.

Peningkatan itu juga selaras dengan bertambahnya jumlah lembaga yang berkunjung ke Taman Edukasi Bencana pada tahun ini yang mencapai 172 lembaga, atau meningkat sebanyak 88 lembaga (104,6 perseb) dibanding tahun 2024 yang jumlahnya 84 lembaga.

Kunjungan terakhir tahun ini ditutup oleh Pemerintahan Desa Kedungrejo Waru Sidoarjo yang melakukan pelatihan mitigasi bencana di area Taman Edukasi Bencana BPBD Jatim pada Rabu, 24 Desember 2025.

Bagi Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto, melonjaknya jumlah kunjungan ini akan semakin memotivasi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, utamanya dalam meningkatkan kompetensi fasilitator dalam pembelajaran dan edukasi bencana di Jatim.

"Kesadaran dan keinginan masyarakat untuk mengenali masalah kebencanaan adalah harapan kami. Karena peningkatan kapasitas masyarakat tentang kebencanaan adalah solusi dalam menghadapi bencana," tuturnya.

Sementara, pada akhir tahun ini BPBD Jatim juga memasang sejumlah peralatan Early Warning System (EWS) di enam daerah rawan bencana banjir dan tanah longsor.

Masing-masing daerah tersebut yakni Bojonegoro (EWS Banjir), Jombang (EWS Longsor), Ponorogo (EWS Banjir), Trenggalek (EWS Longsor), Kabupaten Probolinggo (EWS Longsor) dan Kota Mojokerto (EWS Banjir).

Pemasangan di enam daerah ini melengkapi puluhan EWS yang telah dipasang BPBD Jatim tahun-tahun sebelumnya. 

"Saat ini, kami telah memiliki board yang bisa memantau perkembangan EWS secara real times di sejumlah daerah. Dengan board itu, kami bisa mengetahui potensi ancaman bencana di sejumlah daerah secara real time melalui sinyal yang muncul dari EWS," ujar Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto.

Dengan terpasangnya 6 EWS baru maka secara keseluruhan EWS yang dimiliki BPBD Jatim mencapai 44 unit, meliputi, 20 EWS banjir dan 24 EWS longsor. Selain EWS, BPBD Jatim juga telah memasang 17 sirene tsunami.

Foto Sejumlah pengunjung mendengarkan arahan dari petugas di sela kunjungannya ke Taman Edukasi Bencana BPBD Jawa Timur pada Rabu, 24 Desember 2025. (Foto: Humas BPBD Jatim)Sejumlah pengunjung mendengarkan arahan dari petugas di sela kunjungannya ke Taman Edukasi Bencana BPBD Jawa Timur pada Rabu, 24 Desember 2025. (Foto: Humas BPBD Jatim)

Sebaran Bencana Selama 2025

Berdasarkan data dari BPBD Jatim, terjadi ratusan bencana di sejumlah wilayah terhitung mulai 1 Januari hingga 30 November 2025. 

Total bencana sebanyak 306 kali. Dampaknya menyebabkan 105 jiwa meninggal dunia, tiga jiwa hilang atau belum ditemukan, 159 jiwa mengalami luka-luka, 3.386 unit rumah rusak dan 43.817 kepala keluarga terdampak. 

Sedangkan, pada jumlah jenis per bencana rinciannya Yani sebanyak 136 kali terjadi peristiwa banjir, 117 kali angin kencang, 20 kali tanah longsor, 12 kali kebakaran lahan, 6 kali angin puting beliung dan 4 kali kebakaran hutan. 

Kemudian, 3 kali gempa bumi, sekali banjir rob, sekali gerakan tanah, sekali gunung api serta sekali kejadian lain. Sedangkan, untuk jenis bencana abrasi dan banjir bandang tidak pernah terjadi atau nihil peristiwa.

Untuk sebaran kejadian, paling banyak bencana terjadi di Kabupaten Pasuruan yakni 30 kali. Diikuti kejadian di Kabupaten Mojokerto sebanyak 21 kali dan Kabupaten Jombang 19 kali. 

Sedangkan, untuk sebaran kejadian paling sedikit tahun ini terjadi di Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Batu dan Kota Probolinggo yakni nihil peristiwa. 

Untuk Kota Blitar, Kota Malang dan Kabupaten Sumenep masing-masing mengalami 2 kali peristiwa.

Khusus untuk kota besar yakni Surabaya selama tahun 2025 terjadi 4 kali peristiwa, Kabupaten Sidoarjo 11 kali dan kabupaten Gresik 13 kali.

Lalu, Kabupaten Jember 15 kali, Kabupaten Banyuwangi 7 Kali, Kabupaten Malang 15 kali, Kabupaten Lumajang juga 15 kali, Kabupaten Bojonegoro 11 kali, Kabupaten Madiun 7 Kali dan Kabupaten Lamongan 6 kali.

Kabupaten Pacitan 3 kali, Kabupaten Trenggalek 12 kali, Kabupaten Tulungagung 7 kali, Kabupaten Blitar 11 kali, Kabupaten Probolinggo 11 kali, Kabupaten Bondowoso 9 kali dan Kabupaten Situbondo juga 9 kali.

Kabupaten Ngawi 6 kali, Kabupaten Magetan 4 kali, Kabupaten Ponorogo 8 kali, Kabupaten Tuban 4 kali, Kabupaten Nganjuk tiga kali, Kabupaten Kediri 12 kali, Kota Pasuruan 7 kali, Kabupaten Bangkalan 5 kali, Kabupaten Sampang 4 kali dan Kabupaten Pamekasan 9 kali.

Foto Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyerahkan secara simbolis bantuan dan donasi kepada Pemprov Aceh untuk penanganan bencana banjir bandang dan tanah longsor beberapa waktu lalu. (Foto: Humas BPBD Jatim)Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyerahkan secara simbolis bantuan dan donasi kepada Pemprov Aceh untuk penanganan bencana banjir bandang dan tanah longsor beberapa waktu lalu. (Foto: Humas BPBD Jatim)

Donasi Bencana Sumatera 

Peristiwa bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat mengundang keprihatinan dari seluruh masyarakat Tanah Air, tak terkecuali Jawa Timur. 

Pemprov melalui BPBD membuka posko bantuan untuk korban bencana yang terjadi akhir November atau sebulan menjelang akhir tahun 2025 tersebut.

Bantuan dari berbagai pihak, antara lain OPD di lingkungan Pemprov Jatim, BUMN, BUMD, Pemerintah kabupaten/kota maupun dari masyarakat, relawan dan kalangan dunia usaha.

Adapun jenis bantuan yang dikirimkan cukup beragam, mulai dari bahan makanan pokok, air mineral, obat-obatan, perlengkapan keluarga dan beberapa alat kebersihan.

Total penerimaan barang per 18 Desember 2025 sebanyak 317.237 kilogram atau setara dengan uang senilai Rp10,1 miliar atau tepatnya Rp10.117.011.700.

Proses pengiriman terbagi dalam 6 tahapan dengan menggunakan pesawat cargo. Rinciannya pengiriman 1 sebanyak 26.500 kg, pengiriman 2 sebanyak 61 687 kg, pengiriman 3 sebanyak 84.315 kg, pengiriman 4 sebanyak 14.025 kg, pengiriman 5 sebanyak 1.950 kg dan pengiriman 6 sebanyak 110,395 kg.

Selain bantuan yang dihimpun dari pemerintah dan masyarakat, Pemprov Jatim juga mendonasikan dana ke tiga provinsi terdampak bencana, masing-masing senilai Rp5 miliar untuk Sumatera Utara, Sumatera Barat sebanyak 2,5 miliar serta Aceh sebanyak Rp3 miliar.

"Total untuk 3 provinsi tersebut yaitu Rp10,5 miliar," tutur Gatot Soebroto.

Gubernur Jawa Timur khofifah Indar Parawansa berkesempatan menyerahkan langsung bantuan tersebut di Sumatera Utara dan Aceh. Sedangkan untuk Sumatera Barat diserahkan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.

Bahkan, Gubernur Khofifah merupakan kepala daerah pertama yang langsung menuju ke lokasi bencana sehingga mendapat apresiasi dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. (*)

Tombol Google News

Tags:

Gubernur Khofifah jatim Bencana bpbd bnpb banjir Longsor OMC kip menembus batas kaleidoskop 2025