KETIK, SURABAYA – Pernah merasa bukan siapa-siapa di sekolah? cuma remaja biasa yang diam-diam naksir si populer di kelas? Lagu “Teenage Dirtbag” dari Wheatus relate dengan kisahmu.
Di balik musiknya yang ringan dan nostalgia tahun 2000-an, lagu ini menyimpan kisah tentang rasa minder, cinta tak berbalas, dan perjuangan untuk tetap jadi diri sendiri.
Lagu “Teenage Dirtbag” dari Wheatus bukan sekadar lagu pop-rock awal 2000-an yang catchy dan mudah diingat.
Secara garis besar, lagu ini menceritakan tentang seorang remaja laki-laki yang merasa seperti “dirtbag” atau yang berarti "sampah kotor” yang merupakan arti dari bahasa slang Amerika.
Ia adalah sosok yang dipandang kurang populer, pendiam, dan lebih suka mendengarkan musik metal seperti Iron Maiden daripada ikut tren.
Namun, di balik penampilan “underdog”-nya, ia menyimpan perasaan terhadap seorang gadis populer di kelas. Ia tahu gadis itu mungkin tak pernah benar-benar melihat dirinya, tetapi tetap saja ia bermimpi bisa sekadar berbagi musik dan waktu bersamanya. Perasaan itu tergambar jelas dalam lirik ikoniknya:
“’Cause I’m just a teenage dirtbag, baby / Listen to Iron Maiden, baby, with me.”
Lirik ini adalah bentuk pengakuan jujur dari seorang remaja yang tahu dirinya bukan siapa-siapa, tapi tetap berharap cintanya bisa diterima.
Menariknya, vokalis Wheatus, Brendan Brown, menulis lagu ini terinspirasi dari kisah nyata di dekat sekolahnya pada tahun 1984 - sebuah kasus pembunuhan tragis yang melibatkan seorang remaja yang disebut “dirtbag.”
Meskipun latar belakangnya kelam, lagu ini kemudian dipahami sebagai himne bagi siapa pun yang pernah merasa seperti orang luar (outsider) di masa remajanya.
Kini, “Teenage Dirtbag” telah menjadi lagu klasik yang melampaui generasi. Banyak orang mengenalnya sebagai simbol masa muda yang canggung, penuh rasa ingin diterima, tapi juga penuh semangat untuk tetap menjadi diri sendiri.
