KETIK, MALANG – Stadion Gajayana bakal genap berusia seabad pada tahun depan. Stadion yang terletak di pusat Kota Malang ini selesai dibangun pada 1926 silam.
Sepanjang perjalanan waktu, stadion ini tak bisa dipisahkan dari Arema Malang, klub sepak bola kebanggaan warga Malang. Bahkan, ketika berkandang di stadion ini, Arema Malang sukses meraih gelar juara Galatama pada musim 1992/1993 lalu.
Kuncoro, salah seorang penggawa Arema Malang saat itu, menyebut bahwa Gajayana memiliki arti penting dalam sejarah Arema. Ia menyebut, Singo Edan tak akan menjadi juara jika Stadion Gajayana tak angker bagi lawan-lawan mereka.
"Waktu itu, kami nggak pernah kalah di sini. Minimal imbang, tapi hampir semua pertandingan di Gajayana bisa kami menangi," kata Kuncoro kepada Ketik.com, Sabtu, 20 Desember 2025.
"Gajayana benar-benar angker bagi lawan. Suara Aremania yang selalu mendukung kami benar-benar membuat stadion ini bergemuruh," sambungnya.
Menurut asisten pelatih Arema FC ini, setiap lawan yang melangkahkan kakinya masuk ke stadion pasti jatuh mentalnya. Sebaliknya, semangat dan motivasi penggawa Arema Malang kian membara.
"Saya ingat, prinsip yang kami pegang saat itu adalah haram kalah di Gajayana," tuturnya.
Skuad Arema FC sedang berlatih di Stadion Gajayana Kota Malang, Sabtu, 20 Desember 2025. (Foto: Dendy Ganda/Ketik.com)
Senada dengan Kuncoro, Siswantoro juga mengakui angkernya Stadion Gajayana bagi lawan-lawan Arema FC. Mantan pemain belakang Arema Malang ini menyebut angkernya Gajayana sudah menjadi rahasia umum bagi para pesepak bola era itu.
"Semua tahu soal angkernya Gajayana. Kalau ada tim yang datang ke sini, mereka pasti nggak mau target muluk-muluk karena sudah tahu bakal kalah," ujar Siswantoro sembari tertawa.
"Yang pasti, kalau main di Gajayana, kami dapat tambahan semangat dan motivasi," tandasnya. (*)
