Mengapa Otak Suka Replay Momen Malu High Definition? Ini Penjelasan Ilmiah Negativity Bias

4 Desember 2025 05:00 4 Des 2025 05:00

Thumbnail Mengapa Otak Suka Replay Momen Malu High Definition? Ini Penjelasan Ilmiah Negativity Bias
Ilustrasi seseorang hanyut dengan pikirannya. (Foto: Freepik)

KETIK, JAKARTA – Pernah nggak sih kepikiran, kenapa ya otak kita tuh jago banget replay momen malu-maluin bahkan yang udah lama banget dengan kualitas HD, tapi, gampang banget lupain hafalan buat ujian!

Eits, kamu nggak sendirian, kok!

Menariknya, topik ini bukan cuma bahasan di tongkrongan, loh. Seperti yang dikutip dari Forbes.com, fenomena nyebelin ini punya penjelasan ilmiah yang seru.

Menurut para psikolog, kecenderungan otak buat lebih kuat nempel sama yang negatif daripada yang positif ini namanya negativity bias. Sering kali, bias kognitif ini ditambah kuat lagi sama fenomena lain, yaitu negative sentiment override.

Namun jangan salah, fenomena ini nggak aneh sama sekali, kok.

Ada tiga alasan utama mengapa otak kita cenderung tertarik pada hal-hal negatif:

1. Insting Bertahan Hidup

Jauh sebelum era smartphone dan media sosial, prioritas utama kita sebagai manusia adalah bertahan hidup. Artinya, kita wajib kasih perhatian ekstra pada segala sesuatu yang berpotensi membahayakan.

Selama ribuan tahun, hal inilah yang membentuk otak kita untuk memprioritaskan informasi yang negatif atau mengancam.

2. Amigdala dan Respons Emosional

Penelitian menunjukkan bahwa amigdala, struktur otak yang penting untuk memproses emosi, merespons lebih kuat terhadap stimulus yang membangkitkan emosi, terutama ancaman.

Mungkin kamu jadi terus-menerus memikirkan nada bicara kesal dari temanmu atau kesalahan konyol yang kamu buat, padahal secara fisik kamu aman-aman saja. Ingat ya, otakmu nggak niat nyiksa kamu, loh. Dia cuma lagi berusaha keras buat ngelindungin kamu sebaik mungkin.

3. Loss Aversion (Keengganan Rugi)

Manusia ternyata memberikan bobot emosional yang jauh lebih besar pada kerugian daripada keuntungan. Ini dikenal sebagai loss aversion, dan ini memengaruhi semua yang kita lakukan!

Mulai dari cara kita menafsirkan penurunan saldo bank hingga bagaimana kita bereaksi terhadap kritik dari orang yang kita sayangi. Otakmu terus-menerus berusaha mencegah kerugian dan pengalaman negatif di masa depan.

Bagaimana Cara Menghentikan "Obsesi" Negatif Ini?

Oke, sudah tahu kan kenapa otak kita begini? Nah, sekarang saatnya solusi praktis!

Kalau kamu tidak secara aktif berusaha untuk memperhatikan dan memperkuat pengalaman positif, otakmu akan terus terpaku pada apa yang salah daripada apa yang benar.

Ini bisa menyebabkan pendekatan hidup yang selalu diliputi rasa takut. Cobain deh beberapa hal ini yang dapat membantu kamu melatih otak agar merespons secara berbeda:

  • Sadari Pikiranmu: Perhatikan pikiran-pikiran negatif yang muncul tanpa perlu menghakimi.
  • Fokus pada Pengalaman Positif: Luangkan waktu untuk benar-benar menikmati dan menghargai momen-momen positif lalu resapi momen itu.
  • Meditasi dan Mindfulness: Latih diri untuk hadir sepenuhnya di saat ini.

Cara-cara ini tidak akan menghapus pikiran negatif sepenuhnya, tapi bisa memberikan "informasi baru" kepada otakmu untuk diperhatikan. Intinya, hal negatif itu nempel karena otakmu dirancang buat ngelindungi, bukan cuma buat bikin happy doang.

Namun, dengan memahami mekanisme pertahanan diri ini, kamu bisa mulai menginterupsinya dan melatih otakmu untuk lebih mudah menerima hal-hal baik.

Tombol Google News

Tags:

brainfog negative thought mindful