Mengabdi dalam Sunyi, Kisah Tim Medis PDI Perjuangan di Tanah Banjir Aceh

23 Desember 2025 14:11 23 Des 2025 14:11

Thumbnail Mengabdi dalam Sunyi, Kisah Tim Medis PDI Perjuangan di Tanah Banjir Aceh
Tim medis PDI Perjuangan melayani korban banjir Aceh Tamiang pascabencana. (Foto: HM/Ketik)

KETIK, ACEH TAMIANG – Ketika banjir merendam rumah, sawah, dan harapan, Aceh Tamiang sempat terdiam dalam duka. Selama hampir sebulan, masyarakat bertahan di tengah keterbatasan, berjuang melawan penyakit pascabanjir yang perlahan menggerogoti kondisi fisik dan mental warga. Di saat itulah kemanusiaan datang mengetuk pintu-pintu desa.

Hari ini, dengan langkah berat dan mata yang berkaca-kaca setelah 14 hari mengabdi, Tim Medis Rumah Sakit Apung Malahayati PDI Perjuangan bersama Tim Kesehatan DPP PDI Perjuangan mengakhiri tugas kemanusiaan mereka dan kembali ke Jakarta. Kepulangan itu bukan sekadar perjalanan pulang, melainkan perpisahan yang penuh emosi bagi warga yang telah merasakan langsung kehadiran mereka.

Dipimpin Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kesehatan, Ribka Tjiptaning, tim medis berkeliling dari kecamatan ke kecamatan, menyusuri desa-desa yang terdampak paling parah. Dengan peralatan seadanya dan waktu yang terbatas, mereka memberikan layanan kesehatan kepada ribuan warga, mulai dari balita, ibu hamil, hingga lansia yang rentan sakit pascabanjir.

Foto Tim Medis PDI Perjuangan periksa kesehatan salah seorang anak di Aceh Tamiang pascabanjir. (Foto: HM/Ketik)Tim Medis PDI Perjuangan periksa kesehatan salah seorang anak di Aceh Tamiang pascabanjir. (Foto: HM/Ketik)

Di bawah terik matahari dan dinginnya malam, para tenaga medis tetap bertahan. Mereka mengobati infeksi kulit, gangguan pernapasan, diare, hingga trauma psikologis yang dialami warga akibat bencana. Lebih dari sekadar pengobatan, kehadiran mereka menjadi penguat mental bagi masyarakat yang nyaris putus asa.

Selama operasi kemanusiaan ini, DPD PDI Perjuangan Aceh memainkan peran penting dalam memastikan pelayanan menjangkau wilayah terpencil. Koordinasi lapangan dipimpin langsung oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh sekaligus anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Jamaluddin Idham.

Jamaluddin Idham menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata keberpihakan PDI Perjuangan kepada rakyat yang tertimpa musibah.

“Tim medis ini datang bukan untuk pencitraan, tetapi untuk kemanusiaan. Mereka meninggalkan keluarga, kenyamanan, dan rutinitas demi memastikan masyarakat Aceh Tamiang tetap mendapatkan hak dasar pelayanan kesehatan,” kata Jamaluddin Idham, Selasa, 13 Desember 2025.

Ia menambahkan, nilai gotong royong dan kepedulian sosial yang diajarkan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, terus menjadi roh dalam setiap gerak langkah partai.

“Kami percaya, di tengah bencana, yang paling dibutuhkan rakyat bukan hanya bantuan materi, tetapi kehadiran dan kepedulian. Itulah yang ingin kami buktikan di Aceh Tamiang,” ujarnya.

Foto Seorang ibu di Aceh Tamiang menggendong anaknya untuk diperiksa kesehatan oleh Tim Medis PDI Perjuangan. (Foto: HM/Ketik)Seorang ibu di Aceh Tamiang menggendong anaknya untuk diperiksa kesehatan oleh Tim Medis PDI Perjuangan. (Foto: HM/Ketik)

Bagi warga, kehadiran tim medis PDI Perjuangan menjadi cahaya di tengah kesulitan. Salah seorang ibu-ibu warga terdampak banjir, mengaku terharu atas perhatian yang diberikan.

“Kami benar-benar merasa tidak sendiri. Anak saya sakit kulit dan demam setelah banjir, tapi langsung ditangani dengan sabar. Dokter dan perawatnya ramah, mereka seperti keluarga sendiri,” tuturnya dengan suara bergetar.

Ia mengatakan, bantuan kesehatan tersebut sangat berarti bagi warga yang saat itu sulit mengakses fasilitas medis. Menurutnya, fasilitas kesehatan yang mereka miliki seperti puskesmas sudah tak bisa digunakan karena rusak akibat banjir bandang.

“Kalau tidak ada tim medis ini, kami tidak tahu harus berbuat apa. Terima kasih PDI Perjuangan, terima kasih Ibu Ribka, terima kasih Bapak Jamaluddin Idham dan seluruh tim. Kebaikan ini tidak akan kami lupakan,” tambahnya.

Kepulangan tim medis bertepatan dengan suasana menjelang pergantian tahun dari 2025 ke 2026. Ucapan selamat dan doa tulus mengalir bagi para relawan. Perbedaan tak menjadi sekat, justru memperkuat rasa persaudaraan di tengah bencana.

Aceh Tamiang kini perlahan bangkit. Meski para tenaga medis hendak kembali ke Jakarta, jejak kemanusiaan yang mereka tinggalkan tetap hidup di hati warga. Di tengah lumpur, genangan air, dan luka bencana, harapan kembali tumbuh—bahwa kemanusiaan selalu hadir, bahkan di saat paling gelap. (*)

Tombol Google News

Tags:

pdi perjuangan Kisah Tim Medis kesehatan jamaluddin idham Aceh Tamiang cerita Aceh Banjir Aceh Aceh Banjir bencana alam RS Apung Malahayati Obat