KETIK, SIDOARJO – Suasana Museum Mpu Tantular tampak berbeda pada siang hari itu. Di antara deretan koleksi gamelan, arca, dan benda bersejarah lainnya, empat siswa SMP tampak asyik mengelilingi museum sambil merekam video menggunakan ponsel.
Khayana, Bila, Arinda, dan Adelia merupakan siswa kelas 8 dari SMPN 1 Candi. Dengan semangat anak muda, mereka datang membawa misi mengenalkan Museum Mpu Tantular dan isi di dalamnya kepada teman-teman sekolah lewat video kreatif untuk tugas sekolah.
Dari kiri; Adelia, Arinda, Bila, Khayana Siswa SMPN 1 Candi yang berkunjung ke Museum Mpu Tantular untuk membuat tugas video kreatif (Foto: Frederico/Ketik)
Bagi Khayana, ini sudah ketiga kalinya datang ke Museum Mpu Tantular. Sedangkan untuk Arinda, Adelia, dan Bila ini sudah kedua kalinya mengunjungi museum ini.
Keempat siswa SMPN 1 Candi memilih museum ini karena dekat dari rumah dan ingin mengenalkan isi dari museum melalui tugas video dari sekolah.
“Teman-teman lain banyak yang pilih tempat kuliner atau wisata lainnya, tapi kita ingin yang beda,” tambah Khayana
Tugas ini merupakan bagian dari kegiatan kokurikuler, proyek lintas mata pelajaran yang menuntut siswa untuk belajar secara langsung di lapangan.
Alih-alih hanya mencatat sejarah dari buku teks, keempat siswa ini memilih untuk merekam, menjelaskan, dan memvisualisasikan budaya yang mereka temukan di museum.
“Kita mau ngenalin sejarah dan budaya yang ada di sini. Tapi ada beberapa bagian yang nggak boleh direkam, kayak baju adat dan kesenian,” jelas Arinda.
Bagian kesenian menjadi favorit Khayana. Dari gamelan, reog, hingga barongan, semua memantik rasa ingin tahunya.
"Yang paling menarik itu reog sama barongan. Apalagi yang caplokan itu menarik perhatian saya," kata Khayana.
Selain kesenian, mereka juga sempat melihat koleksi baju adat pernikahan dari berbagai daerah.
Arinda, Adelia, dan Bila mengaku kagum dengan detail pakaian tradisional tersebut yang mencerminkan keberagaman budaya di Indonesia.
Kunjungan singkat ke Museum Mpu Tantular itu membuktikan bahwa belajar bisa datang dari mana saja, tidak harus di ruang kelas yang tertutup dinding.
Melalui kamera ponsel dan rasa ingin tahu yang besar, empat siswa SMP ini menemukan cara baru memahami sejarah lebih dekat, lebih hidup, dan tentu saja lebih menyenangkan.
Hari itu, museum bukan sekadar tempat menyimpan benda-benda lama. Ia berubah menjadi ruang cerita bagi generasi muda yang sedang mencari cara sendiri untuk mengenal dan mencintai budayanya.
"Kita ingin orang lain juga tahu kalau museum itu nggak membosankan. Banyak banget hal menarik di dalamnya,” tutup Kayana.