Kolano Wagitang Kumpulkan Eks Pengurus PSSI Halsel, Serukan Kebangkitan Bola Saruma

3 Desember 2025 21:46 3 Des 2025 21:46

Thumbnail Kolano Wagitang Kumpulkan Eks Pengurus PSSI Halsel, Serukan Kebangkitan Bola Saruma
Reuni eks pengurus PSSI Halsel Rabu 3 Desember 2025 (Foro: Mursal/Ketik.com)

KETIK, HALMAHERA SELATAN – Reuni para mantan pengurus Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Halmahera Selatan (Halsel) berlangsung sederhana namun penuh cerita di Gelora Bahrain Kasuba, Rabu, 3 Desember 2025. 

Di tengah stadion yang pernah menjadi saksi perjalanan panjang sepak bola Saruma itu, sejumlah tokoh lama kembali berkumpul, membawa aroma nostalgia yang kuat. Pertemuan itu digagas Arsad Sadik Sangaji mantan Ketua Pengacab PSSI Halsel sekaligus mantan Sekretaris KONI yang lebih dikenal dengan sapaan Kolano Wagitang.

Di antara yang hadir, tampak pula mantan Ketua Persihalsel, Bahrain Kasuba. Dua sosok yang pernah menjadi tulang punggung sepak bola Halsel ini kembali berdiri dalam satu lingkaran kecil, membicarakan masa-masa ketika Persihalsel masih menjadi rumah bagi banyak pemain berbakat. Reuni ini tak memiliki protokol resmi, tak juga dibungkus seremonial. Hanya sebuah pertemuan hangat yang lahir dari kerinduan untuk kembali menyambung ikatan lama.

Sejak pukul empat sore, satu per satu wajah-wajah lama mulai berdatangan. Mereka saling menyapa, bertukar kabar, dan mengingat kembali riuhnya kompetisi di era mereka memimpin. Bagi sebagian orang, Gelora Bahrain Kasuba bukan sekadar fasilitas olahraga, melainkan ruang ingatan tempat di mana kerja keras, konflik, dan kebahagiaan pernah saling bertemu.

Usai sesi silaturahmi, rombongan melanjutkan kegiatan dengan menonton langsung laga Turnamen Piala Bupati Halsel 2025. Pertandingan sore itu mempertemukan Wagitang dan Gayab. 

Sorak suporter menggema ketika Wagitang tampil agresif, menekan sejak awal dan akhirnya menutup pertandingan dengan kemenangan 3–1. Kemenangan tersebut terasa lebih berwarna bagi Kolano Wagitang, yang sejak dulu dikenal sebagai salah satu figur penting di balik kejayaan tim tersebut.

Kolano mengikuti jalannya pertandingan dengan mata berbinar. Sesekali ia berdiri, bertepuk tangan, dan memberi komentar ringan. Baginya, menonton Wagitang bukan hanya rutinitas; itu adalah perjumpaan dengan sesuatu yang tumbuh bersama dirinya. 

“Tim ini punya tempat khusus di hati saya,” ucap Kolano dengan nada yang nyaris sentimental.

Namun ada alasan lain mengapa ia ingin hadir langsung di tribun. Kolano mengaku ingin bertemu dengan pelatih Wagitang, Safrudin Rasyid, sosok yang pada masanya pernah membawa harum nama Halsel di Liga Pendidikan Indonesia. Ketika keduanya akhirnya bertemu di tribun penonton, suasana berubah lebih hangat. Mereka bertukar cerita tentang tim, tentang pemain muda, dan tentang kondisi sepak bola daerah yang terus bergerak namun belum sepenuhnya menemukan arah terbaik.

Selain Safrudin, hadir pula sejumlah mantan pengurus yang dulu bekerja bersama Kolano. Di antara obrolan santai, mereka mengulik kembali bagaimana perjuangan menjaga Persihalsel tetap hidup. Ada yang menceritakan dinamika internal, ada pula yang mengenang perjalanan tandang penuh tantangan ke berbagai Kabupaten. Meski banyak yang telah berubah, semangat untuk melihat sepak bola Halsel lebih maju tetap menjadi benang merah.

Sebagai putra asli Halsel, Kolano berbicara tegas tentang harapannya untuk Persihalsel. Menurutnya, generasi baru harus berani meneruskan tongkat estafet dengan pendekatan yang lebih modern. 

“Dulu kita bekerja dengan keterbatasan, tapi semangatnya besar. Sekarang fasilitas lebih baik, informasi lebih mudah, peluang lebih terbuka. Anak-anak muda harus memanfaatkan itu,” ujarnya.

Kolano memandang reuni ini bukan sekadar temu kangen. Ia menyebutnya sebagai upaya menjaga kesinambungan. 

“Sepak bola adalah silaturahmi yang membangun,” katanya. 

“Kalau kita ingin sepak bola tumbuh, maka yang tua tidak boleh meninggalkan yang muda. Dan yang muda tidak boleh menutup pintu bagi pengalaman yang pernah ada,” tambah Kolano.

Ia juga menekankan pentingnya kerja berkelanjutan di tubuh PSSI Halsel. Menurutnya, pengurus baru harus mampu mengelola organisasi dengan lebih profesional, termasuk dalam hal pembinaan usia dini, manajemen kompetisi, dan penciptaan ekosistem sepak bola yang sehat. 

“Prestasi itu bukan datang dari satu musim. Itu hasil dari sistem,” ucapnya.

Dalam nada yang lebih reflektif, Kolano menambahkan, “Kalau kita mau Persihalsel kembali berjaya, kita harus mulai dari hal-hal sederhana, komunikasi yang terbuka, kompetisi yang teratur, pembinaan yang jelas. Itu modal dasar. Kalau itu kuat, Halsel bisa bersaing lagi, bahkan lebih baik dari masa kami dulu.” tuturnya.

Reuni itu berakhir menjelang malam, ketika lampu para pemain Waigitang berangsur pulang. Namun bagi mereka yang hadir, pertemuan tersebut seolah memberi energi baru. Di tengah perubahan zaman, mereka merasa masih memiliki satu ikatan yang tak pernah luntur yakni kecintaan pada sepak bola Halsel.

Di tribun yang mulai kosong, Kolano sempat berbicara pelan, seakan berbicara pada dirinya sendiri “Sepak bola adalah cara kita mencintai daerah ini. Kalau kita menjaganya, maka ia akan menjaga kita dengan cara yang lain.” Sebuah kalimat yang menutup reuni sederhana itu dengan pesan yang tetap hidup jauh setelah stadion sunyi.

Tombol Google News

Tags:

Halmahera Selatan Reuni Eks Pengurus PSSI Halsel Kolano Wagitang Sepak Bola Daerah