Ketua DPRD Jatim Belajar dari Filosofi Lakon Pewayangan

15 November 2025 03:34 15 Nov 2025 03:34

Thumbnail Ketua DPRD Jatim Belajar dari Filosofi Lakon Pewayangan
Ketua DPRDJatim Musyafak Rouf (kiri) bersama Sekdaprov Jatim Adhy Karyono saat menonton Pagelaran Wayang Kulit di halaman Kantor DPRD Jatim, Jumat, 14 November 2025. (Foto: Ist)

KETIK, SURABAYA – Ketua DPRD Jawa Timur, Musyafak Rouf menegaskan bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan penuh filosofi. Melalui lakon-lakon pewayangan, publik akan mendapat pelajaran bagaimana menjadi pemimpin yang baik. 

"Hal ini ada dalam ajaran Asta Brata atau kisah Kresna Duta yang mengutamakan keutamaan moral di atas kekerasan," ujar Musyafak Rouf saat sambutan di Pagelaran Wayang Kulit di Halaman Gedung DPRD Jatim, Jumat, 14 November 2025.

Menurutnya seorang pemimpin ideal, adalah sosok yang memberikan perlindungan dan memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. “Inilah mantra yang kami gunakan di DPRD Jawa Timur. Setiap kebijakan dan pengawasan anggaran harus lolos ujian filosofis ini. Apakah benar-benar bermanfaat bagi rakyat atau hanya melayani segelintir kepentingan,” ucap politisi PKB itu.

Acara Pagelaran Wayang Kulit di gedung wakil rakyat dengan bintang tamu Kirun, Marwoto dan Tessy Srimulat, berlangsung meriah. "Pagelaran Wayang Kulit ini sebagai puncak filosofis peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur Jatim," ujar Musyafak Rouf saat sambutan di acara yang dihadiri Sekdaprov Jatim Adhy Karyono dan perwakilan Forkopimda itu.

Foto Dalang Ki Purbo Asmoro membawakan lakon Wahyu Katresnan di halan Gedung DPRD Jatim,  Jumat, 14 November 2025. ( Foto: Ist)Dalang Ki Purbo Asmoro membawakan lakon Wahyu Katresnan di halan Gedung DPRD Jatim, Jumat, 14 November 2025. ( Foto: Ist)

Pagelaran yang menghadirkan Dalang Ki Purbo Asmoro dengan lakon Wahyu Katresnan, kata Musyafak, ini menandai kembalinya tradisi wayangan di rumah wakil rakyat setelah absen lebih dari satu dekade. 

Politisi PKB ini mengatakan Jatim merupakan salah satu dari delapan provinsi pertama yang dibentuk pada awal kemerdekaan,12 Oktober 1945. Sejarah panjang itu, menunjukkan kematangan Jatim dalam bernegara.

Musyafak menyinggung slogan Jatim Tangguh Terus Bertumbuh itu mencerminkan fokus pembangunan pada ketahanan ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan. Namun, semangat pembangunan fisik tidak mengabaikan dimensi batin.

“Di antara hiruk-pikuk pertumbuhan fisik dan infrastruktur, kita menyadari perlunya pondasi spiritual dan etika,” ucap politisi berkumis itu.

Menurut Musyafak tradisi wayangan di gedung wakil rakyat itu sebagai peneguhan kembali kearifan lokal yang sempat 'kosong' dalam ruang-ruang resmi pemerintahan. “Melalui inisiatif DPRD Jatim, kita mendeklarasikan gerakan revitalisasi budaya. Sebuah komitmen untuk membersihkan kerutan ‘sukerta’ yang mungkin melekat pada lingkungan sosial dan politik kita,” tutur Musyafak.

Musyafak menjelaskan tema “Meruwat Jawa Timur, Merawat Indonesia” sarat makna. Ruwatan sebagai upaya pemurnian sekaligus selamatan kolektif dari berbagai kesulitan hidup.

Dalam konteks pemerintahan modern, “Meruwat Jawa Timur” ia artikan sebagai ikhtiar membersihkan keruwetan sosial dan mencegah konflik horizontal yang dipicu sentimen perbedaan keyakinan di akar rumput. 

Foto Pelawak Kirun, Marwoto dan Tessy Srimulat yang membikin penonton terpingkal-pingkal. (Foto: Ist)Pelawak Kirun, Marwoto dan Tessy Srimulat yang membikin penonton terpingkal-pingkal. (Foto: Ist)

“Ini deklarasi politik budaya, bahwa kita kembali bergairah dan bertekad menegakkan pembangunan yang dilandasi niat bersih dan etika luhur,” katanya.

Jawa Timur sebagai provinsi dengan penduduk heterogen, lanjut Musyafak bila berhasil menjaga keharmonisan internal, maka provinsi ini telah ikut 'merawat Indonesia'.

"Jawa Timur sebagai salah satu barometer kerukunan nasional, antara lain terlihat dari meningkatnya indeks kerukunan umat beragama (KUB) yang mencerminkan moderasi dan sikap saling memahami," ujarnya.

 Apalagi, wayang sudah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. “Pengakuan dunia ini memberikan konsekuensi moral bagi kita untuk konsisten melestarikan budaya ini,” katanya.

Musyafak juga mengajak generasi muda, milenial dan Gen Z, untuk kembali mencintai dan melestarikan wayang kulit agar tidak tercerabut dari akar budaya leluhur. “Mari kita jadikan pagelaran wayang kulit malam ini sebagai perwujudan komitmen politik kita bersama, bahwa pembangunan fisik harus sejalan dengan pembangunan mental dan spiritual,” harapnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ketua DPRD Jatim Filosofi Lakon Pewayangan Musyafak Rouf Pagelaran Wayang Kulit DPRD Jatim