KETIK, SURABAYA – Di tengah “tsunami informasi” yang melanda masyarakat Indonesia, terutama kelompok non-digital, wartawan senior Edy M. Yakub meluncurkan buku berjudul Kesalehan Digital.
Buku ini hadir sebagai pedoman untuk menghindari 12 jebakan siber yang didominasi oleh hoaks dan permainan logika di dunia maya.
Dalam perbincangannya di Ketikcast pada Selasa, 7 Oktober 2025, Edy Yakub menyebut bahwa saat ini bahaya digital masih jauh lebih besar daripada manfaatnya, sehingga menuntut literasi dan kehati-hatian ekstra dari para pengguna.
Menariknya, adanya huruf ‘A’ di atas huruf ‘E’ pada judul Kesalehan Digital mengisyaratkan bahwa sebelum mencapai kesalehan digital, seseorang harus terlebih dahulu melewati fase “kesalahan digital”.
Edy mengakui, ide buku ini berawal dari pengalamannya sendiri yang sempat tertipu hoaks di awal era digital.
“Orang kalau mau saleh itu harus pernah salah. Karena orang saleh itu biasanya orang yang pernah salah,” ujarnya dalam podcast tersebut.
Menurutnya, kemajuan teknologi tidak selalu diiringi dengan kemajuan manusia, sehingga kini justru lebih banyak muncul bahaya daripada manfaatnya.
Fenomena seperti gosip digital juga menjadi salah satu isu utama dalam buku ini, sebab sifat dunia digital membuat dampak negatifnya menyebar secara eksponensial.
Meski demikian, Edy menilai bahwa anak muda zaman sekarang lebih kritis dan tidak mudah termakan hoaks karena mereka terbiasa berpikir logis.
“Kalau anak-anak muda itu biasanya jebakannya di era digital adalah permainan logika, dan buku ini juga menjelaskan tentang hal itu,” jelasnya.
Buku ini diharapkan dapat memberi warna bagi generasi yang masih non-digital, membantu mereka memahami risiko dunia maya sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk menjadi lebih bijak dalam berteknologi.