KETIK, SURABAYA – Kecanduan rokok masih menjadi persoalan serius di Indonesia, khususnya pada kalangan remaja. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat lebih dari setengah perokok aktif berasal dari kelompok usia 15–19 tahun.
Tingginya angka tersebut menandakan bahwa masalah rokok bukan sekadar gaya hidup, tetapi sudah menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus.
Melihat kondisi ini, tim mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berinisiatif menghadirkan inovasi terapi alternatif melalui penelitian yang berhasil mendapatkan pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) 2025.
Penelitian tersebut berjudul “Inovasi Nasal Nano-Spray Epigallocatechin gallate (EGCG) sebagai Upaya Penanganan Adiksi Nikotin”.
Ketua tim, Syalsabila Aisyah Rahmawati, menjelaskan bahwa inovasi ini memanfaatkan Epigallocatechin gallate (EGCG), senyawa aktif dalam teh hijau yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi.
EGCG telah terbukti mampu menekan efek kesenangan yang ditimbulkan nikotin di otak, sehingga dapat membantu mengurangi ketergantungan. Namun, kendala utama adalah rendahnya bioavailabilitas EGCG bila dikonsumsi secara oral.
“Untuk itu kami merancang sistem penghantaran berbasis nanospanlastic dalam bentuk nasal spray. Dengan rute nasal, zat aktif dapat langsung masuk ke sistem saraf pusat melalui pembuluh darah otak tanpa melalui metabolisme hati. Efeknya lebih cepat dirasakan dan penyerapan obat juga lebih optimal,” jelas Syalsabila, Selasa, 30 September 2025.
Selain itu, inovasi ini dinilai lebih nyaman digunakan karena berbentuk semprot hidung, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit seperti metode invasif lain. Formulasi dalam skala nanometer juga membuat zat aktif lebih stabil dan efektif. Penelitian ini akan diuji lebih lanjut secara in vivo untuk memastikan efektivitasnya.
Tim yang terdiri dari lima mahasiswa yakni Syalsabila Aisyah Rahmawati, Tsabitah Haura Rachman, Aisha Bella Calvina, Fauziyyah Labibah, dan Venlie Sanjaya berharap penelitian ini tidak hanya berhenti pada tahap laboratorium, tetapi juga dapat diteruskan hingga tahap implementasi nyata di masyarakat.
Selain menghasilkan publikasi ilmiah, tim juga berencana menyebarkan informasi melalui media sosial seperti Instagram, sehingga pesan edukasi tentang bahaya merokok dan alternatif terapi dapat menjangkau lebih banyak kalangan muda.
“Kami ingin riset ini tidak hanya berhenti sebagai karya akademik, tetapi juga bisa memberikan manfaat nyata untuk masyarakat,” tambahnya.
Dengan inovasi ini, Unair kembali menunjukkan kontribusinya dalam menghadirkan solusi atas masalah kesehatan bangsa.
Harapannya, riset ini bisa menjadi langkah awal dalam menekan angka kecanduan rokok di Indonesia sekaligus mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan.(*)