Hanik Dwi Martya, Kades Perempuan Pertama yang Sukses Majukan Desa Tunjungtirto Kabupaten Malang

22 Desember 2025 12:00 22 Des 2025 12:00

Thumbnail Hanik Dwi Martya, Kades Perempuan Pertama yang Sukses Majukan Desa Tunjungtirto Kabupaten Malang
Hanik Dwi Martya, kepala desa perempuan pertama di Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. (Foto: Aliyah/Ketik.com)

KETIK, MALANG – Hanik Dwi Martya mencetak sejarah sebagai kepala desa perempuan pertama di Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Di bawah kepemimpinannya, berbagai program pemberdayaan wanita berhasil digerakkan secara berkelanjutan.

Berkat inovasi dan kepemimpinan inklusif, Desa Tunjungtirto kini menjelma sebagai salah satu desa terbaik di Kecamatan Singosari dengan capaian pembangunan yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

Mengawali masa jabatan pada 2013 bukan hal mudah bagi Hanik. Sebagai figur perempuan, ia sempat diragukan oleh sebagian masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, ia membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan memiliki keunggulan tersendiri.

"Semua masalah bisa diselesaikan melalui hubungan personal, hubungan emosional yang terpaku dengan baik, sehingga hampir semua masalah diselesaikan dengan baik dengan musyawarah pendekatan tanpa harus masuk ke ranah hukum," jelas Hanik Dwi Martya.

Di bawah komandonya, pemberdayaan perempuan menjadi pilar utama pembangunan desa. Hanik membentuk berbagai organisasi, mulai dari PKK, kader kesehatan, kader Tim Pendamping Keluarga (TPK), hingga pelaku gerakan antistunting.

Tak itu, Hanik juga menginisiasi kelompok ekonomi produktif seperti kelompok membatik dan UMKM khusus perempuan. Hasilnya, para ibu di Tunjungtirto kini mampu memproduksi kerajinan tangan dan makanan olahan yang memiliki nilai jual.

Pemberdayaan ini memberikan semangat kepada ibu-ibu di Desa Tunjungtirto untuk bisa memperbaiki perekonomian.

"Pemberdayaan ini sifatnya terus berjalan, sehingga kolaborasi para perempuan ini di Desa Tunjungtirto bisa menghasilkan. Kita punya kelompok UMKM, pengrajin makanan kecil, membatik, karya seni berupa craft, atau barang lain yang sudah bisa dipasarkan," jelas Hanik Dwi Martya.

Inovasi lain yang menjadi unggulan adalah layanan Klinik Desa. Menariknya, tenaga medis di klinik tersebut (mulai dari dokter hingga perawat) didominasi oleh perempuan. Menjadi motivasi bagi anak-anak di desa agar memiliki cita-cita menempuh pendidikan tinggi.

"Dengan adanya klinik yang berisikan orang-orang berprofesi tinggi, ini harapannya anak-anak Tunjungtirto bisa memiliki keinginan untuk sekolah tinggi," ujarnya.

Meski disibukkan dengan urusan pemerintahan, Hanik tetap menjalankan perannya sebagai ibu. Latar belakang pendidikan farmasi yang dimilikinya pun tetap disalurkan dengan membantu meracik obat di klinik praktik sang anak.

Ia mengaku bersyukur karena anak-anaknya memberikan dukungan penuh terhadap tugasnya sebagai abdi masyarakat. 

"Anak-anak sudah memahami bahwa ibunya bukan menjadi miliknya sendiri, tapi juga milik masyarakat. Mereka mengerti manakala harus ada yang dibagi," tuturnya.

Kesibukan Hanik dalam mengabdi di Desa Tunjungtirto tak menghalanginya dalam mendidik anak-anak hingga jenjang perguruan tinggi. Kini, kedua buah hatinya telah meniti karier profesional. Anak sulungnya berprofesi sebagai dokter, sementara anak kedua menjadi seorang farmasi.

"Walaupun ukuran keberhasilan tidak melalui jabatan dan pendidikan, anak-anak saya bisa mencapai pendidikan yang menurut saya layak dan pantas meskipun ibunya sibuk," tambahnya.

Menyambut momentum Hari Ibu, Desa Tunjungtirto menggelar perayaan pada Minggu, 21 Desember 2025. Berbeda dengan seremoni pada umumnya, acara ini diisi dengan pameran karya batik eco-print serta aksi sosial berupa bakti sosial bagi penyandang disabilitas dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

"ODGJ butuh perhatian, tiap tahun saya menekankan kepada PKK, jika harus ada tema yang ditonjolkan," ucapnya.

Bagi Hanik, Hari Ibu adalah momen evaluasi diri, baik dalam peran sebagai ibu rumah tangga, istri, maupun pekerja.

"Dalam perayaan Hari Ibu, saya lebih sepakat kita sisipi dengan sesuatu yang mengingatkan kembali ibu itu seperti apa dan ke depannya ibu ini akan berbuat apa menyikapi fenomena di masyarakat," tegasnya.

Kini, Tunjungtirto telah bertransformasi. Dari desa yang awalnya minim pemberdayaan, kini menjadi wilayah yang melek digital dengan kualitas SDM yang meningkat. Hanik menyebutkan, jumlah warga yang menempuh pendidikan hingga bangku perkuliahan meningkat tajam selama masa kepemimpinannya.

"Di awal saya menjabat, saya memang sudah memiliki niat untuk menjadikan masyarakat Desa Tunjungtirto menjadi orang yang beriman dan bertakwa, SDM tinggi, mengenal dunia digitalisasi, dan memberikan layanan yang memadai," jelas Hanik.

Hanik Dwi Martya menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan perempuan mampu membawa perubahan besar bagi kemajuan daerah tanpa kehilangan jati diri sebagai seorang ibu. (*)

Tombol Google News

Tags:

Hanik Dwi Martya Kepala Desa Tunjungtirto Singosari Kabupaten Malang