KETIK, ACEH BARAT DAYA – Aroma kuah gurih yang mengepul dari dapur kecil di sudut Warung Cici, Simpang Ceurana, Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh, seakan menjadi magnet bagi siapa pun yang melintas. Sore itu, beberapa pelanggan tampak sabar menunggu pesanan mereka tersaji, sambil berbincang ringan ditemani semilir angin Blangpidie.
Di atas meja kayu sederhana, tersaji semangkuk Mie Kocok Blangpidie yang mengepulkan uap hangat. Kuahnya berwarna cokelat bening dengan taburan bawang goreng, tauge, serta daging yang tampak menggoda. Begitu sendok pertama masuk ke mulut, rasa gurih dan rempahnya langsung menyatu di lidah—membuat siapa pun sulit berhenti menyantapnya.
“Sekali coba pasti ketagihan. Bumbunya kuat, kuahnya gurih, tapi tetap ringan di perut,” kata Jimi, pelanggan setia yang hampir setiap pekan singgah ke Warung Cici, Sabtu, 20 September 2025.
Warung Cici bukan sekadar tempat makan, tetapi juga ruang perjumpaan. Banyak pelanggan dari luar daerah yang menjadikan mie kocok ini sebagai alasan untuk kembali ke Blangpidie.
Mie goreng di Warung Cici, Simpang Ceurana Blangpidie yang dipadukan dengan telur setengah matang, Sabtu, 20 September 2025. (Foto: T. Rahmat/Ketik)
Cici, sang pemilik warung, tampak ramah menyambut pengunjung. Ia dengan cekatan mengatur pesanan sambil memastikan setiap mangkuk mie kocok tersaji hangat di meja.
“Kami berusaha menjaga cita rasa khas dengan racikan bumbu tradisional. Semua bahan harus segar, karena itu kuncinya. Banyak pelanggan bilang, rasa mie kocok di sini beda dengan daerah lain, dan itu yang bikin mereka rindu datang lagi,” ujar Cici kepada Ketik.
Tak hanya mie kocok, Warung Cici juga menyajikan mie goreng, mie tiaw, hingga aneka menu lain yang tak kalah menggoda. Namun, mie kocok tetap menjadi primadona yang selalu dicari, terutama oleh mereka yang ingin merasakan “sentuhan khas Blangpidie” dalam semangkuk mie.
Dengan cita rasa yang konsisten dan suasana warung yang hangat, Mie Kocok Blangpidie ala Warung Cici kini tak sekadar makanan, melainkan bagian dari pengalaman kuliner yang patut dibanggakan Abdya serta dirindukan oleh perantau untuk pulang ke kampung halaman. (*)