KETIK, SIDOARJO – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan penanganan musibah ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, dilakukan secara terpadu dengan dukungan penuh dari seluruh jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama tim Basarnas, BNPB, dan aparat terkait.
Khofifah mengatakan sejak awal pihaknya langsung menggerakkan tim lengkap mulai dari Wakil Gubernur, Sekda selaku Kepala BPBD Jatim, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan hingga Dinas PU Cipta Karya. Seluruh perangkat sudah berada di lokasi sejak Senin, 29 September 2025 sore, sesaat setelah musibah terjadi.
“Sejak sore itu tim sudah turun lengkap. Saya minta dukungan alat berat, lampu sorot BPBD, hingga tim dukungan psikososial dari Dinas Sosial. Karena evakuasi harus berlangsung 24 jam penuh, tidak boleh terhenti,” kata Khofifah di Sidoarjo, Rabu, 1 Oktober 2025.
Menurutnya, di hari pertama pihaknya juga langsung membuka dapur umum untuk menyuplai kebutuhan keluarga korban dan para relawan.
“Semua keluarga, semua relawan, insya Allah ter-support dari dapur umum yang sejak malam itu sudah berdiri,” tambahnya.
Khofifah juga telah meminta Dinas Kesehatan memastikan seluruh rumah sakit dalam kondisi siaga.
“Seluruh rumah sakit, baik RSUD maupun rumah sakit lain, di-cover oleh Pemprov. Kebutuhan oksigen dan suplai air juga dipastikan aman,” ujarnya.
Namun, dalam proses evakuasi tim SAR gabungan menghadapi kendala teknis di lapangan. Sejumlah orang tua korban sempat mempertanyakan mengapa alat berat yang disiapkan terlihat tidak bergerak. Khofifah menjelaskan, metode penyelamatan tidak bisa dilakukan sembarangan, melainkan harus dilakukan dari bawah reruntuhan untuk menghindari risiko bangunan semakin ambruk.
“Jadi memang kerjanya ini di dalam, di lorong-lorong reruntuhan. Basarnas sudah mulai menggali dari bawah, sampai kedalaman 80 cm. Tadi malam itu sebenarnya tinggal 1,5 jam lagi bisa menembus kedalaman 1 meter, tapi proses sempat terhenti karena ada gempa di Sumenep,” jelasnya.
Kesulitan lain, menurut Khofifah, muncul karena material bangunan yang runtuh terdiri dari lapisan keramik, beton, hingga tanah yang harus dihitung ulang agar tidak menimbulkan longsoran baru.
Meski begitu, ia memastikan seluruh tim bekerja sesuai prosedur penyelamatan internasional.
“Tim Basarnas yang turun ini ada 12 orang yang sudah bersertifikat internasional. Mereka profesional, tahu standarnya, dan tahu bagaimana menjaga keamanan dalam penyelamatan,” tegasnya.
Gubernur juga menyampaikan terima kasih atas dukungan BNPB dan Basarnas yang menyiagakan berbagai perlengkapan, termasuk dua unit crane yang siap digunakan sewaktu-waktu untuk mengangkat puing.
“Pokoknya semua standby. Dukungan dari BNPB, Basarnas, hingga alat berat sudah disiapkan. Insyaallah kita maksimalkan semua upaya penyelamatan,” katanya.
Khofifah menegaskan fokus utama pemerintah adalah penyelamatan korban. “Kami mohon doa dan dukungan semua pihak agar seluruh proses evakuasi berjalan lancar dan korban segera bisa ditemukan,” tutupnya. (*)