KETIK, SURABAYA – Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) melalui Gubernur Khofifah Indar Parawansa sedang getol melakukan misi dagang, baik itu untuk tujuan ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Rossanto Dwi Handoyo mengatakan misi dagang yang dilakukan Pemprov Jatim merupakan program yang sudah digelar setiap tahun.
Menurutnya, misi dagang yang dilakukan Pemprov Jatim untuk pasar luar negeri masih mengalami devisit.
"Jadi kalau kami lihat Jawa Timur ini mengalami devisit ya dengan luar negeri. Kalau lihat ekspor dan impor. Masih banyak impor daripada ekspor," katanya saat dihubungi Ketik.com pada Selasa, 16 Desember 2025.
Namunz apabila melihat dari misi dagang di dalam negeri, Pemprov Jatim masih lebih baik daripada daerah lainnya, terutama di kawasan Indonesia Timur.
"Tetapi kalau kami lihat neraca perdagangan antara daerah di Jawa Timur ini dan provinsi-provinsi yang lain terutama dengan provinsi di pulau-pulau lain, terutama di luar Jawa, di bagian Timur Indonesia posisi neraca perdagangan Jawa Timur itu masih surplus," lanjutnya.
Hal inilah, kata Rossanto, yang membuat Jatim bisa memaksimalkan diri untuk tampil menjadi pemeran utama dalam misi dagang. Dimana pintu masuk perdagangan ke Indonesia Timur dimulai dari Jawa Timur.
"Memang Jawa Timur kan juga menjadi salah satu pintu masuk ya, HUB-nya Jawa ke Indonesia Timur. Jadi Jawa Timur ini salah satu penyedia, pemasok bahan kebutuhan pokok, sembako, ataupun barang-barang lainnya, termasuk barang industri besar, menengah, maupun UMKM," kata profesor yang mengajar di pascasarjana Ilmu Ekonomi Unair itu.
Dengan peran penting Jawa Timur ini dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi di Indonesia Timur, lanjut Rossanto, juga bisa menjadi barometer penetapan standar harga awal.
"Dampaknya akan langsung berpengaruh terhadap produsen, termasuk pedagang. Terutama yang kategori volatile food (harga makanan yang cepat berubah, red)," tuturnya.
Misi Dagang Dorong Minat Pembeli
Misi dagang yang dilakukan Pemprov Jatim, menurut Prof. Rossanto dinilai baik untuk mendorong peningkatan pembelian barang-barang kebutuhan dari Jawa Timur ke Indonesia Timur.
"Seperti strategi branding dari Pemprov Jatim untuk memasarkan produk-produk Jawa Timur di provinsi yang lain seperti atau negara lain yang punya barang yang sama. Jadi lebih ekspresif tapi juga tidak boleh lengah," katanya.
Banyaknya branding, salah satunya melalui misi dagang ini diharapkan mampu membuat pembeli semakin mengenal produk-produk dari Jawa Timur sehingga diharapkan pada akhirnya membeli.
Kendati demikian, ada hal yang tak kalah penting selain memperkuat branding untuk memikat pembeli, yaitu mengenai membawa barang-barang lain dari Indonesia Timur ke Jawa Timur.
"Take and give, kita juga membeli barang-barang mereka gitu. Jadi saling membeli, apalagi kalau dari Indonesia Timur itu biaya logistiknya mahal. Jadi kapal itu harus ditanggung berdua dari Jawa Timur ke luar dari Jawa Timur ke Indonesia Timur," ujarnya.
Perbanyak Perwakilan Dagang
Dalam kesempatan yang sama, agar misi dagang Pemprov Jatim di luar negeri semakin dikenal luas. Prof. Rossanto menyarankan untuk memperbanyak perwakilan dagang di luar negeri.
"Seperti Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang ada perwakilan-perwakilan dagang di luar negeri, terutama kaitannya dengan bisnis matching," jelasnya.
Sebagai contoh, kata Rossanto, banyak warga Indonesia (WNI) di Malaysia untuk bekerja. Tentunya ketika mereka bekerja di sana, ada rasa rindu makan masakan Indonesia atau produk Indonesia lainnya.
"Misalnya makanan, minuman orang Indonesia di Malaysia. Mereka juga pengin makan pecel, pengin rawon gitu. Nah, bumbu-bumbu bisa support ke sana dan mereka punya jaringan juga dimana kedai-kedai runcit itu seperti toko kecil menjual barang-barang Indonesia," bebernya.
Dengan banyaknya produk Indonesia, terutama dari Jawa Timur di luar negeri. Harapannya tentu bisa memenuhi kerinduan WNI di sana sekaligus memperkenalkan produk Indonesia ke warga negara yang bersangkutan. (*)
