KETIK, MALANG – Tanggal 22 Desember rutin diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Kendati sedikit melenceng dari konteks kesejarahan, tiap tanggal tersebut banyak bermunculan ungkapan-ungkapan cinta dari seorang anak kepada ibunya.
Pada hari ini, ibu biasanya dibebaskan dari tugas domestiknya seperti menyapu, mengepel, dan menyiapkan makanan bagi keluarga. Sebagai gantinya, sang anak atau suamilah yang melakukan tugas-tugas tersebut. Hal ini sebagai bentuk ungkapan kasih sayang terhadap sosok ibu.
Kisah kasih sayang seorang anak kepada ibunya juga terpahat di Candi Kidal, yang terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi yang dibangun sekitar 1258 Masehi tersebut merupakan tempat pendarmaan Anusapati, raja kedua Tumapel. Ia adalah putra tiri Ken Arok. Anusapati merupakan putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung.
Di candi tersebut, terukir tiga fragmen kisah Garudeya. Dalam cerita tersebut diceritakan bagaimana Sang Garuda berusaha membebaskan ibunya, Dewi Winata, dari perbudakan Dewi Kadru dan para Naga. Garuda berusaha mendapatkan air suci Tirta Amerta demi menebus Sang Ibu. Akhirnya, Garuda mendapat air suci tersebut dan mampu membebaskan Dewi Winata. Sebagai ganti air suci tersebut, Garuda menjadi kendaraan tunggangan Dewa Wisnu, dewa penjaga Tirta Amerta.
"Ini merupakan wujud bakti seorang anak terhadap ibunya," ucap sejarawan, M. Dwi Cahyono.
Tentu ada alasan di balik diukirkannya kisah Garudeya di kaki Candi Kidal. Apalagi, kisah Garudeya ini merupakan kisah ruwatan.
Penulis sejarah, Asisi Suhariyanto, menyebut bahwa Garuda dan Naga melambangkan dua dunia. Garuda melambangkan dunia atas, sedangkan Naga menggambarkan dunia bawah.
"Artinya, kisah ini membebaskan dari dosa atau mala, agar menjadi suci kembali," kata Asisi.
Kisah Garudeya merupakan perlambang bakti Anusapati kepada Ken Dedes. Ia ingin membebaskan Sang Ibu, dari penderitaan dan kemalangan yang diderita perempuan asal Desa Panawijen tersebut.
Sebagian penafsir melihat bahwa keputusan Anusapati membunuh Ken Arok, bukan hanya membalaskan dendam kematian sang ayah atau sekadar demi kekuasaan. Bisa jadi, ini merupakan upaya ‘membebaskan’ Sang Ibu dari sosok Ranggah Rajasa, nama lain Arok.
Banyak yang menghubungkan kisah Garuda di Candi Kidal sebagai bentuk pengorbanan para patriot bangsa untuk memerdekakan Ibu Pertiwi. Namun, jangan lupakan, candi ini merupakan monumen cinta kepada Sang Ibu, kendati harus ditebus nyawa Anusapati sendiri.
