Fenomena Fatherless di Indonesia: Tantangan Sosial di Balik Hari Ayah Nasional

13 November 2025 01:45 13 Nov 2025 01:45

Thumbnail Fenomena Fatherless di Indonesia: Tantangan Sosial di Balik Hari Ayah Nasional
Ilustrasi anak memeluk ayah (Foto: Freepik)

KETIK, SURABAYA – 12 November diperingati sebagai Hari Ayah Nasional, hari yang menjadi momentum untuk lebih menghargai sosok ayah.

Google bahkan turut merayakannya melalui Google Doodle khusus di laman pencariannya, yang menampilkan ilustrasi pohon besar kokoh menaungi pohon-pohon kecil, melambangkan perlindungan dan kasih sayang ayah.

Ayah seringkali digambarkan dengan figur pekerja keras, bijaksana, sekaligus menjadi pelindung untuk keluarganya.

Namun, ternyata di luar sana masih banyak anak yang kehilangan bahkan tidak pernah merasakan peran ayah.

Hal tersebut disebut sebagai fenomena fatherless, kondisi di mana sosok ayah tidak hadir dalam kehidupan sang anak, baik kehadiran secara fisik maupun emosional, sehingga anak tumbuh tanpa mendapatkan peran, teladan, dan dukungan yang biasanya diberikan oleh seorang ayah.

Laporan dari UNICEF pada tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 20,9% anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah, yang sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat fatherless tertinggi ketiga di dunia.

Dilansir dari halodoc, ada beberapa penyebab yang bisa membuat anak mengalami fatherless, di antaranya yakni kematian ayah, perceraian orang tua, ayah yang bekerja jauh dari anaknya, ayah yang mengalami masalah kesehatan, hingga ayah yang tidak mengakui keberadaan anaknya.

Padahal, figur ayah sangat penting untuk perkembangan anak, karena ayah memiliki peran krusial dalam keluarga. Selain menjadi penyedia nafkah, tetapi juga sebagai panutan, pendukung emosional, dan pemecah masalah.

Jadi, ketidakhadiran ayah sangat berdampak pada anak. Anak yang fatherless cenderung menarik diri, rentan mengalami gangguan mental, memiliki kepercayaan diri yang rendah, bahkan bisa berdampak kepada hubungan asmara anak di masa depan.

Menurut sosiolog Talcott Parsons melalui teori fungsionalisme struktural, keluarga berfungsi sebagai sistem yang menjaga keseimbangan sosial. Ketika peran ayah tidak hadir, fungsi keluarga menjadi timpang, sehingga proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian anak dapat terganggu.

Fenomena fatherless bukan hanya menjadi masalah individu, tetapi juga isu sosial yang dapat memengaruhi generasi mendatang. Anak yang tumbuh tanpa figur ayah berisiko mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya, yang pada akhirnya dapat berdampak pada hubungan mereka dengan lingkungan sekitar.

Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menciptakan siklus sosial baru di mana nilai-nilai keluarga dan tanggung jawab peran ayah semakin tergerus.

Oleh karena itu, peran masyarakat dan lingkungan sekitar juga penting dalam membantu anak-anak yang tumbuh tanpa ayah. Dukungan dari ibu, keluarga besar, guru, maupun tokoh masyarakat dapat menjadi pengganti sebagian fungsi ayah dalam memberikan bimbingan dan rasa aman.

Selain itu, sebagai bentuk kepedulian terhadap isu ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) meluncurkan Gerakan Ayah Terlibat Indonesia (GATI). Gerakan ini bertujuan untuk mendorong para ayah agar lebih aktif terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak. 

Melalui GATI, pemerintah berupaya mengubah pandangan lama bahwa pengasuhan hanya tugas ibu, sekaligus memperkuat peran ayah sebagai figur yang hadir, mendampingi, dan berpartisipasi dalam tumbuh kembang anak.

Momentum Hari Ayah Nasional seharusnya tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga refleksi bersama untuk mengingat kembali pentingnya kehadiran ayah dalam keluarga. Menghargai sosok ayah berarti juga menyadari betapa besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter dan masa depan anak.

Dengan begitu, masyarakat dapat lebih memahami bahwa ayah bukan hanya pencari nafkah, melainkan juga fondasi emosional yang turut membentuk keseimbangan keluarga.

Tombol Google News

Tags:

hari ayah nasional Fatherless Father's day dampak Sosial GATI Ayah keluarga