KETIK, SIDOARJO – Bangunan lima lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo ambruk pada Senin, 29 September 2025 sekitar sore. Pada saat itu bertepatan dengan santri melaksanakan ibadah solat asar berjemaah.
Setelah bangunan tersebut ambruk, banyak santri yang terjebak di dalam reruntuhan tersebut. Mereka, para santri berusaha untuk keluar dari reruntuhan. Namun upaya itu tak banyak menolong, hingga datang tim penyelamat.
Mereka tergabung dari Basarnas, PMI, Pemda Sidoarjo, Kodim Sidoarjo, Polres, RSUD Notopuro.
Tim ini harus berkejaran dengan waktu, menyelamatkan santri yang terjebak di reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny. RSUD Notopuro, Sidoarjo menerjunkan dokter orthopedi senior, Larona Hydravianto San dokter anastesi, Farouq Abdurrahman.
Sedangkan dari tim TNI, menerjunkan Kapten Ckm dr. Aaron Simatupang, perwira kesehatan dari Puskesad.
Para petugas penyelamat ini ketika melakukan pekerjaannya penuh kewaspadaan. Mereka wajib melihat kondisi sekitar, dikarenakan bangunan Ponpes Al Khoziny yang masih labil dimana setiap gerakan kecil bisa berpengaruh besar, seperti longsor.
Kendati demikian, mereka tetap berusaha melakukan pertolongan terhadap para santri yang terjebak di dalam. Saat ditemukan, santri sudah dalam kondisi kritis, pucat, lemah, serta lengan terjepot beton. Belum lagi darah terus mengalir dan oksigen semakin menipis, membuat kondisi santri semakin lemah.
Dokter Aaron langsung melakukan tindakan, berbekal senter, torniquet, dan pisau bedah. Ia merayap, menembus ruang sempit di bawah beton untuk melakukan penyelamatan.
Degan keputusan berat, Dokter Aaron melakukan amputasi on-site untuk menyelamatkan nyawa santri. Proses amputasi tersebut dilakukan dua orang, Dokter Aaron didampingi dokter anastesi, Farouq Abdurrahman.
Detik-detik itu menjadi pertaruhan hidup dan mati baik antara korban dan penolong. Sekitar sepuluh menit, tindakan selesai.
Sementara itu pada Kamis, 2 Oktober 2025 kemarin, operasi pencarian korban ambruk bangunan Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo masuk tahap evaluasi korban meninggal.
Proses dilakukan dengan bantuan alat berat setelah tidak lagi ditemukan tanda-tanda adanya korban selamat di bawah reruntuhan bangunan tersebut. (*)