KETIK, SIDOARJO – Pemkab Sidoarjo benar-benar all out mencegah banjir dan mengurangi dampaknya. Setiap musim hujan, berbagai kawasan di Kota Delta ini tergenang air. Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) melakukan beragam langkah. Bupati Sidoarjo Subandi tidak ingin warganya menderita akibat bencana alam ini.
Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Sidoarjo Dwi Eko Saptono menyatakan, normalisasi sungai-sungai telah dilakukan. Sebagian bahkan dikebut agar segera tuntas. Baik di wilayah selatan, timur, maupun utara Kabupaten Sidoarjo.
Di antaranya, normalisasi di sungai-sungai kawasan Kecamatan Krembung, Prambon, Candi, serta Waru. Normalisasi sungai dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo, Pemprov Jatim, maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
”Kami juga menyiagakan 34 pompa air untuk membantu mengatasi banjir,” kata Dwi Eko Saptono.
Alat berat ekskavator mengangkat lumpur dari dasar Sungai Mbah Gepuk ke pinggir sungai. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.com)
Pekerjaan normalisasi sungai itu dipantau langsung oleh Bupati Sidoarjo Subandi. Hampir semua lokasi pengerukan sungai didatangi. Di antaranya, pengerukan Sungai Porong Kanal di Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung, yang sudah digarap pada Agustus 2025 lalu. Panjang pengerjaan normalisasi mencapai sekitar 5 kilometer dengan lebar sungai sekitar 22 meter.
Pemkab Sidoarjo berinisiatif lebih cepat melakukan antisipasi banjir. Mengingat, musim hujan tidak lama lagi tiba. Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Kabupaten Sidoarjo bakal mulai mengalami musim hujan sekitar November. Puncak-puncaknya pada Januari higga Februari 2026.
Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Sidoarjo juga menormalisasi saluran pelimpah (afvour) di Desa Candi sampai Desa Klurak, di Kecamatan Candi; Afvour Trengguli di Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon; Afvour Kedungkampul di Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung, serta Afvour Kedungpeluk di Kecamatan Candi.
Bangunan warga yang didirikan di atas pelengsengan Sungai Mbah Gepuk. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.com)
Pada Rabu (20 Oktober 2025), Bupati Subandi turun mengecek langsung normalisasi Sungai Mbah Gepuk di Kecamatan Candi. Bupati Subandi naik perahu nelayan setempat. Ditemani oleh Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Dwi Eko Saptono serta perangkat desa dan kecamatan.
Sepanjang perjalanan, Bupati Subandi menyaksikan kondisi Sungai Mbah Gepuk yang banyak ditumbuhi tanaman liar. Alat berat ekskavator mengeruk endapan sungai dan mengangkatnya ke darat. Lumpur ditumpuk di tepi sungai hingga menyerupai tanggul.
Dari Desa Balongdowo hingga Kali Pecabean, Kecamatan Candi, rute penelusuran sungai sepanjang sekitar 4 kilometer. Bupati Subandi menyusuri Sungai Mbah Gepuk sekitar 40 menit.
”Ya, kita terus gerak cepat untuk bisa mengatasi banjir. Hari ini sudah 1,8 kilometer selesai dinormalisasi,” kata Bupati Subandi.
Sungai Mbah Gepuk diharapkan mampu mencegah banjir di rute yang sangat panjang. Dari wilayah Kecamatan Porong, Tanggulangin, hingga Candi. Di antaranya, Desa Kedungbanteng yang bertahun-tahun banjir akibat penurunan permukaan tanah (subsidence).
Bupati Subandi menegaskan, pengerjaan normalisasi sungai harus tuntas dalam satu bulan ke depan. Harus dikebut. Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo telah mengerahkan sedikitnya sembilan alat berat untuk mengeruk sungai. Jika hasilnya belum maksimal juga, Pemkab Sidoarjo akan menyewa tambahan ekskavator.
”Karena waktunya ini sudah mepet. Kalau kurang alat berat, mau tidak mau, kita harus sewa,” tambahnya.
Salah satu pintu air di Sungai Mbah Gepuk, Desa Balongdowo, Kecamatan Candi. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.com)
Mengapa? Sebab, satu alat berat hanya mampu menormalisasi sungai sekitar 150 meter per hari di medan yang berat. Untuk itu, Bupati Subandi meminta camat-camat serta Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air untuk terus berkoordinasi.
”Kalau ada persoalan seperti banjir kita bisa langsung sikapi dan cari solusinya,” tegasnya.
Bupati Subandi menyatakan akan terus memantau perkembangan pengerjaan normalisasi sungai ini. Setiap pekan bakal dicek. Dia tidak ingin banyak warga lagi menjadi korban dan menderita karena banjir.
”Nanti biar dinas memantau langsung perkembangan normalisasi. Saya tidak ingin warga menderita karena kebanjiran,” ungkapnya. (*).
Kondisi badan Sungai Mbah Gepuk yang menyempit. Pepohonan liar dan pendangkalan menjadi penyebabnya. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.com)
Banyak Hambatan Aliran Sungai Mbah Gepuk
Menyusuri Sungai Mbah Gepuk sama dengan menyaksikan pemandangan yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, kondisi sungai tersebut benar-benar membutuhkan normalisasi. Sangat serius.
Di tepian sungai, tidak banyak terlihat tanggul sungai yang mampu melindungi perkampungan di sekitarnya. Tampak beberapa bekas pelengsengan semen. Namun, posisinya sudah rusak, bahkan ambruk. Padahal, posisi permukiman hampir sejajar dengan permukaan sungai. Sebagian malah lebih rendah dari tepi sungai.
Terlihat beberapa trap tempat sandar perahu nelayan. Ada pula warga yang membuat kendang ayam, kandang kambing, tumpukan material, gudang kayu, kamar mandi, sumur, tempat sampah, dan sebagainya. Ada tiga pintu air yang menutup saat air sungai pasang.
Badan sungai pun menyempit. Aliran Sungai Mbah Gepuk terhalang banyak hambatan. Pendangkalan tampak di banyak titik. Pendangkalan terjadi karena sedimentasi, tumpukan tanah, maupun tumbuhan liar di sepanjang sungai.
Pohon kersen, pisang, lamtoro, kangkung, enceng gondok, semak belukar, dan sebagainya menutup kanan-kiri badan sungai. Semuanya tumbuh liar. Perahu nelayan harus melewati sungai yang menyempir. Terkadang kandas bila air sungai sedang surut. (*)
Posisi tanggul Sungai Mbah Gepuk yang lebih tinggi daripada lahan permukiman warga. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.com)
Warga Desa Berharap dan Berterima Kasih
Kehadiran Bupati Sidoarjo Subandi mendapat sambutan hangat warga Desa Balongdowo, Kecamatan Candi. Begitu Bupati tiba di Jembatan Balongdowo, warga menyambut. Warga yang berkumpul di warung berdatangan mendekat. Mereka menyalami orang nomor satu di Pemkab Sidoarjo tersebut.
Begitu pula saat naik perahu, emak-emak, anak-anak, maupun orang dewasa menyapa Bupati Subandi dari tepi sungai. Mereka melambai-lambaikan tangan. Warga berharap banjir terjadi lagi di desa mereka. Paling tidak bisa lebih cepat surut.
Menurut Alung, warga Balongdowo, Sungai Mbah Gepuk selalu meluap setiap musim hujan. Lebih-lebih bila hujan deras bersamaan dengan air laut pasang. Pompa air yang dibangun Pemkab Sidoarjo di dekat jembatan tidak mampu memecahkan masalah.
”Tingginya bisa sampai perut orang dewasa,” kata Alung saat sedang bersih-bersih di dekat Sungai Mbah Gepuk pada Rabu (29 Oktober 2025). Dia mengaku senang sungai di desanya itu dikeruk. Ada harapan banjir bisa dicegah.
Sholeh, warga lain, mengatakan, luapan Sungai Mbah Gepuk semakin sering terjadi karena lahan persawahan di sekitar desa terus berkurang dari tahun ke tahun. Di wilayah Candi banyak perumahan baru. Air tidak lagi meresap ke tanah. Banjir lebih lama surut.
”Lahan resapannya teruus berkurang,” ungkap Sholeh.
Kondisi itu dibenarkan oleh Ketua RT 2 RW 1, Balongdowo, Khoiruman. Kalau meluap, air sungai Mbah Gepuk masuk sampai ke kampung-kampung. Genangan air lama sekali baru surut. Terkadang sampai seminggu.
”Posisi sungai hampir rata, bahkan lebih tinggi daripada kampung,” katanya. Khoiruman sangat senang Sungai Mbah Gepuk dikeruk untuk mencegah banjir. Paling tidak sungai tidak terus-terusan meluap ke kampung. (*)
