Bupati Situbondo Buka Kembali Pasar Tradisional Desa Kedungdowo

12 Agustus 2025 20:04 12 Agt 2025 20:04

Thumbnail Bupati Situbondo Buka Kembali Pasar Tradisional Desa Kedungdowo
Bupati Situbondo ketika menyaksikan teman difabel membatik ciprat, Selasa 12 Agustus 2025 (Foto : Adinda Octaviani/ketik)

KETIK, SITUBONDO – Bupati dan Wakil Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo-Ulfiyah membuka kembali Pasar Tradisional Singomulyo di Desa Kedungdowo, Kecamatan Arjasa yang tidak beroperasional sejak tahun 2011 lalu.

“Pasar ini sudah lama tidak beroperasi. Dengan dibuka kembali, mudah-mudahan pasar ini memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat Desa Kedungdowo dan sekitarnya,” jelas Bupati Situbondo yang akrab di sapa Mas Rio, Selasa, 12 Agustus 2025.

Pasar tradisional, kata Mas Rio, memiliki peran strategis dalam menggerakkan pundi-pundi ekonomi masyarakat lokal.

"Insyaallah, dengan dibukanya kembali pasar lokal tradisional ini bisa menggerakan pundi pundi perekonomian masyarakat setempat," kata Mas Rio.

Sebagai daerah yang baru mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten UMKM, Situbondo tengah gencar membangkitkan sentra usaha rakyat di titik-titik vital desa dan kecamatan.

"Kita menemukan sebuah komunitas pembatik yang seluruh anggotanya penyandang disabilitas. Ini hal yang luar biasa dan hebat, walaupun mereka memiliki keterbatasan tapi mampu bersaing mencari pelanggan dari berbagai provinsi di Indonesia," jelas Mas Rio.

"Saya akan mendorong penuh para pembatik ini. Secara kebijakan, saya minta beberapa direktur BUMD membeli batik untuk karyawannya,” kata Mas Rio.

Suasana pembukaan Pasar Singomulyo ini menjadi momentum istimewa bagi kelompok perajin batik ciprat yang seluruh anggotanya penyandang disabilitas.

Dalam kesempatan itu, Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo juga ikut membatik bersama teman-teman difabel dan menyatakan memberi dukungan penuh bagi pengembangan batik ciprat karya mereka.

Sementara itu, Sujamin, Ketua Kelompok Batik Ruby yang menaungi para pembatik difabel mengatakan bahwa komunitas ini lahir dari keinginan menghapus stigma negatif.

“Dulu banyak yang menganggap difabel hanya menjadi beban. Kami ingin buktikan bahwa difabel punya keterampilan dan bisa mandiri,” ujarnya.

Sujamin mengatakan, kelompok Batik Ruby atau Ciprat ini beranggotakan 15 pembatik dengan disabilitas berbeda.

"Masing-masing memiliki peran, mulai dari mencipratkan warna hingga mengeringkan kain. Proses produksi dilakukan bersama-sama di rumah produksi sederhana. Batik ciprat sendiri memiliki ciri khas unik, yaitu motif yang dihasilkan dari teknik percikan warna pada kain," jelasnya.

Setiap lembar batik, lanjut Sujamin, menjadi karya satu-satunya karena tidak bisa direplikasi persis.

"Dengan adanya perhatian pemerintah daerah, para perajin berharap batik ciprat difabel bisa menembus pasar nasional, bahkan internasional. Mereka juga berharap fasilitas produksi bisa ditingkatkan agar kualitas dan kapasitas produksi semakin baik," pungkas Sujamin. (*)

Tombol Google News

Tags:

Bupati Situbondo buka Kembali pasar Tradisional Singomulyo Mas Rio Difabel