Buku 'Nothing without Us' Tegaskan Peran Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana

3 Oktober 2025 04:30 3 Okt 2025 04:30

Thumbnail Buku 'Nothing without Us' Tegaskan Peran Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana
Peluncuran buku inspiratif bertajuk "Nothing without Us" di rumah rakyat Kota Mojokerto. (Foto : Tim Humas BNPB/ ketik.com)

KETIK, MOJOKERTO – Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok dengan risiko tinggi saat terjadi bencana. Keterbatasan akses fisik dan minimnya keterlibatan dalam proses perencanaan membuat mereka sering kali menjadi pihak paling rentan.

Isu fundamental ini mengemuka dalam peluncuran buku inspiratif berjudul "Nothing without Us: Ada Ruang untuk Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana", yang digelar di Pendopo Rumah Rakyat Kota Mojokerto, Rabu, 1 Oktober 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2025, hasil kerja sama Program SIAP SIAGA dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Plt. Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Pangarso Suryotomo, menegaskan pentingnya mengubah cara pandang terhadap kelompok disabilitas.

“Kelompok disabilitas tidak boleh dipandang sebagai objek, tetapi harus diposisikan sebagai aktor yang terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi penanggulangan bencana,” tegas Pangarso.

 

Foto Lucky Dicnison Leader Siap Siaga  saat mengiri materi di rumah rakyat kota mojokerto (foto : humas bnpb/ ketik.com)Lucky Dicnison Leader, siap siaga saat mengiri materi di rumah rakyat kota mojokerto (Foto: Humas BNPB for ketik.com)

 

Salah satu langkah nyata adalah pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD) sebagaimana diatur dalam Perka BNPB Nomor 14 Tahun 2014. ULD diharapkan menjadi gerakan untuk membangun ketangguhan penyandang disabilitas. Namun, hingga kini baru lima provinsi yang memiliki ULD, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Team Leader SIAP SIAGA, Lucy Dickinson, menambahkan bahwa prinsip "Nothing without Us" (tidak ada yang dapat dilakukan tanpa kami) menempatkan disabilitas sebagai agen perubahan.

“ULD bukan hanya sebuah struktur, tetapi wujud perubahan cara pandang. Penanggulangan bencana yang inklusif adalah penanggulangan bencana yang efektif. Penyandang disabilitas harus terlibat dalam menyusun rencana evakuasi, memberi masukan kepada pemerintah daerah, hingga melatih masyarakat,” ujar Lucy.

Salah satu kisah inspiratif datang dari Siti Nugrahaningrum, penyandang disabilitas netra dari ULD BPBD Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia tengah mengembangkan aplikasi pendataan disabilitas di daerah rawan bencana agar pemerintah memiliki data akurat terkait lokasi, kebutuhan, dan kesiapan penyandang disabilitas saat terjadi bencana.

Selain fokus pada kesiapsiagaan, ULD NTB juga mendorong pemberdayaan ekonomi. Mereka mendata penyandang disabilitas yang memiliki potensi usaha, memberikan pendampingan, dan mendorong BPBD untuk membeli produk UKM dari pelaku disabilitas.

“Harapannya, ULD ini bisa menjadi semangat baru, tidak hanya dalam penanggulangan bencana, tetapi juga dalam meningkatkan ekonomi penyandang disabilitas baik sebelum maupun setelah bencana,” ujar Siti.

Peluncuran buku ini sekaligus mengajak semua pihak untuk berkomitmen memastikan partisipasi aktif disabilitas sejak tahap awal dalam setiap perencanaan kebencanaan.

Acara tersebut juga dihadiri Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi, Plt. Direktur Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi dan Sumber Daya Alam BNPB Asep Supriatna, serta Direktur Kemandirian Sosial dan Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Dinar Dana Kharisma.

Kegiatan ini mengusung tema Bulan PRB 2025, yakni “Bencana Tidak Bisa Menunggu, Kesiapsiagaan Menjadi yang Utama – #TangguhRek”, sebagai pengingat pentingnya membangun kesadaran publik, ketangguhan, dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. (*)

Tombol Google News

Tags:

kotamojokerto Mojokerto prb2025