KETIK, SURABAYA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan lebat yang diprakirakan melanda sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jawa Timur, pada periode 10–16 September 2025.
Prakirawan BMKG Juanda, Rendy Irawadi, mengatakan bahwa memang terdapat peningkatan aktivitas cuaca di wilayah Jawa. Untuk mengantisipasi, pihaknya telah melakukan penyemaian pada awan konvektif guna memecah penumpukan awan hujan.
“Iya betul, mas, memang ada peningkatan di wilayah Jawa. Kami juga melakukan penyemaian awan konvektif guna memecah penumpukan awan hujan,” kata Rendy, Sabtu, 13 September 2025.
Rendy menambahkan, fenomena angin kencang juga lazim terjadi pada penghujung musim kemarau. “Kalau angin kencang, memang di penghujung kemarau biasanya ada peningkatan kecepatan angin,” ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BMKG RI, Dwikorita Karnawati, mengingatkan bahwa potensi hujan lebat yang sebelumnya menyebabkan banjir di Bali, kini bergeser ke wilayah barat, termasuk Jawa Timur.
“Mohon menginformasikan fenomena hujan lebat (Crosby dan Kevin) penyebab banjir Bali, bergeser ke barat, antara lain ke Jatim. Berkenan kita sama-sama menggelar OMC (Operation Management Center),” ujar Dwikorita dalam keterangannya.
Berdasarkan informasi prospek cuaca sepekan yang dikeluarkan oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, beberapa wilayah yang berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yakni DKI Jakarta, hujan lebat pada 10–11 September dan hujan sedang pada 12, 15, dan 16 September 2025. Jawa Barat, hujan lebat pada 10, 11, dan 16 September serta hujan sedang pada 12 September 2025.
Jawa Tengah, hujan lebat pada 10, 11, dan 16 September serta hujan sedang pada 14–15 September 2025. Jawa Timur, hujan lebat pada 10 dan 15 September serta hujan sedang pada 12 dan 14 September 2025.
BMKG meminta seluruh pemerintah daerah bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera melakukan langkah mitigasi untuk mencegah potensi kerugian sosial maupun ekonomi akibat dampak cuaca ekstrem tersebut.
“Demikian peringatan dini disampaikan, mohon dapat ditindaklanjuti dengan aksi dini untuk mencegah terjadinya potensi kerugian sosial dan ekonomi,” kata Dwikorita. (*)