KETIK, BULELENG –
Bandara Bali Utara yang sudah bergulir selama dua dekade dan kerap jadi janji politik, kini dipastikan pembangunannya tinggal menunggu penunjukan lokasi (penlok) dari Pemerintah Pusat.
Titik pembangunan pun ditegaskan tetap mengacu pada rencana awal, yakni di wilayah Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali.
Rencana Bandara Bali Utara itu semakin diperkuat setelah Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.
Sejumlah proyek di Bali masuk daftar prioritas, termasuk pembangunan Bandara Internasional Bali Utara.
Usai bertemu sejumlah komponen masyarakat di kediaman Sekretaris Komisi IV DPRD Buleleng, Nyoman Dhukajaya, di Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Ketua Komisi II DPRD Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih atau Ajus Linggih, pada Kamis 20 November 2025 menegaskan bahwa kewenangan menentukan pembangunan Bandara Bali Utara sepenuhnya berada di Pemerintah Pusat.
“Intinya begini, saya harap masyarakat itu tidak bingung dengan simpang siur berita, karena wewenang itu ada di Pemerintah Pusat, bukan lagi di Pemerintah Daerah, sudah di Presiden dan sudah keluar Perpres-nya, kalo tidak salah Nomor 12 Tahun 2025,” tegas Ajus Linggih.
Bagus Pratiksa Linggih menyebutkan, dengan proses yang telah dilakukan secara bertahap itu, dipastikan segala bentuk perizinan telah dipenuhi sehingga dalam proses yang dilakukan menunggu penentuan titik pembangunan terhadap bandara internasional tersebut.
“Ya, kita hanya menunggu penlok, penlok itu ditentukan pusat, berarti kalau tinggal menunggu penlok berarti segala proses perizinan baik dari daerah atau pusat sudah selesai tinggal penunjukan lokasinya,” ujarnya.
Proyeksi titik lokasi pembangunan menurut Ajus Linggih, berdasarkan analisa dan sejumlah teori, dipastikan berada di wilayah Buleleng Timur dengan memanfaatkan sejumlah lahan yang sudah tidak produktif.
“Kemungkinan pasti di timur, di timur karena memang dari segi kajian-kajian yang memungkinkan memang Buleleng timur,” sebutnya.
Ajus Linggih yang juga pengusaha muda itu menyebutkan, dengan tingkat kunjungan wisata yang terus melonjak dan keterbatasan fisik Bandara Ngurah Rai yang makin mengemuka, pembangunan Bandara Bali Utara tak lagi sekadar alternatif, melainkan kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan masa depan pariwisata Bali.
