KETIK, BATU – Tangan keriput itu masih sigap menyendok gula, ketan mutiara, juga tape dari toples yang ada di depannya. Bibir Mbah Said (86) tak henti mengguratkan senyum sembari melayani pembeli ketika berjualan di gang sebelah Masjid An-Nur, Kota Batu, Kamis, 4 Desember 2025.
Sesekali ia menyapa dan bercanda dengan para pelanggan yang bergantian mendatangi warungnya. Racikan es campur khas Mbah Said dengan rasa tradisional. Segar dan ringan. Apalagi ditambah tape ketan hitam.
Mbah Said mengaku tak pernah mengganti racikan es campurnya sejak pertama kali berjualan 71 tahun lalu. Ia berjualan es campur saat Kota Batu masih menjadi bagian dari Kabupaten Malang.
"Saya masih ingat pertama berjualan itu 7 Agustus 1954. Waktu itu, usia saya 16 tahun," kata pria berusia 86 tahun ini kepada Ketik.com.
Mbah Said pun membagi resep tetap kuat berjualan es, mulai pukul 08.00 sampai 21.00 setiap hari. Menurutnya, rahasianya ada di hati dan pikiran.
"Buat saya, yang penting semua disyukuri. Hidup sekadarnya. Ketika ada jangan lupa daratan, ketika kekurangan jangan sampai tidak bersyukur," tuturnya.
"Yang paling penting adalah jamu jaran. Jaga mulut, jaga pikiran," Mbah Said menambahkan.
Mbah Said mengaku jarang berolahraga secar khusus. Namun, tiap hari, ia selalu berjalan kaki dari Jalan Lesti, kediamannya, ke tempatnya berjualan.
"Tapi, saya yakin, yang bikin tetap sehat ini adalah jamu jaran, meski sudah nggak bisa lagi makan kacang," ucapnya sembari terkekeh.
Pada 2025 ini, Mbah Said berkesempatan menunaikan ibadah haji. Ia menjadi jamaah haji tertua dari Kota Batu.
"Semua mengkhawatirkan saya. Apalagi, waktu itu, suhu di Arab kan 40 derajat celsius lebih. Tim medis selalu membuntuti saya, takut saya kenapa-kenapa," kisahnya.
Namun, Mbah Said bersyukur diberi kekuatan dan kemudahan dalam menjalankan ibadah haji. Ia menyelesaikan semua rukun dan tahapan ibadah haji tanpa halangan apa pun.
"Wukuf aman. Thawaf dan sai juga lancar. Alhamdulillah, semua dilancarkan," katanya.
"Padahal, banyak yang lebih muda dan kuat sampai harus diinfus akibat panas," ia menambahkan.
Tak hanya ketika menjalankan ibadah haji, Mbah Said mengaku kehidupan kesehariannya pun berjalan lancar. Saat ini, ia sudah memiliki 7 buyut dari 5 cucunya.
"Yang paling besar, buyut saya ini sudah sekolah SMA. Sementara, yang paling kecil berusia 7 bulan. Alhamdulillah, saya masih bisa menemani mereka," kata Mbah Sahid.
"Saya yakin, ketika kita berpikiran dan berkata baik, Allah akan selalu meridhoi," tandasnya. (*)
