21 KK Penghuni Gedung Setan Surabaya Memilih Hengkang karena Trauma

25 Agustus 2025 06:15 25 Agt 2025 06:15

Thumbnail 21 KK Penghuni Gedung Setan Surabaya Memilih Hengkang karena Trauma
Gedung Setan di Banyu Urip Wetan, Surabaya sebelum atap genteng ambrol (Foto: JP for Ketik)

KETIK, SURABAYA – Semua penghuni di Gedung Setan, Kampung Banyuurip Wetan, Kecamatan Sawahan, Surabaya kini hengkang. Total warga yang meninggalkan gedung tua itu sebanyak 21 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 60 jiwa.

Beberapa penghuni Gedung Setan tergolong prasejahtera, ada juga warga berasal keturunan etnis Tionghoa. Mereka sebagian besar menjadi pedagang di pasar darurat di wilayah Banyu Urip. 

Semua penghuni yang meninggalkan gedung tersebut merasa trauma. Sebab, pada bulan Desember tahun lalu atap gedung yang terbuat dari genteng itu roboh.  

Pada saat kejadian masih musim hujan. Beruntung musibah yang menimpa warga prasejahtera di lokasi tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa.

Foto Bimbi, pengurus Gedung Setan ketika menunjukkan bekas penyangga genteng yang ambrol saat hujan deras (Foto: Ara for Ketik)Bimbi, pengurus Gedung Setan ketika menunjukkan bekas penyangga genteng yang ambrol saat hujan deras (Foto: Ara for Ketik)

Sebagian penghuni yang meninggalkan Gedung Setan mengontrak rumah dan ngekos di kawasan Banyu Urip Wetan.

“Sejak atap ambrol, semua penghuni tidak ada yang bersedia tinggal di gedung ini,” kata Bimbi, pengurus Gedung Setan kepada Ketik pekan lalu.

Genteng dan kayu yang ambrol kini masih tersimpan rapi. Kayu itu ditumpuk di dalam gedung bagian belakang. Kayu penopang genteng tersebut rusak dimakan usia dan sebagian dimakan rayap.

Gedung Setan merupakan bangunan tua berlantai dua. Lantai atas digunakan untuk kegiatan warga seperti kebaktian pada Sabtu sore. Setelah atap roboh kebaktian pindah di depan pintu utama gedung yang dipasangi tenda terpal.

“Kebaktian dialihkan di depan gedung. Lantai dua kami kosongkan,” kata Bimbi sambil menunjuk tumpukan kayu.

Di dalam Gedung Setan terdapat 40 kamar kecil tidak berpenghuni. Sebagian kamar kecil itu dikunci oleh penghuninya yang sudah pindah ke kos-kosan dan kontrakan.

Dalam gedung yang kosong tersebut udara terasa pengap. Siang hari di dalam gedung terlihat gelap. Sebab, tidak ada satupun lampu penerangan.

Pada malam hari suasana gedung kelihatan lebih seram. Namun warga Banyu Urip Wetan yang tinggal di sekitar gedung tidak masalah. Karena mereka sudah bertahun-tahun tinggal di sekitar Gedung Setan. 

Foto Wajah baru Gedung Setan setelah atap genteng diganti asbes (Foto : Ara for Ketik)Wajah baru Gedung Setan setelah atap genteng diganti asbes (Foto : Ara for Ketik)

Bimbi menjelaskan, ambrolnya atap gedung langsung dilaporkan ke Pemerintah Kota Surabaya melalui kelurahan dan kecamatan. Beberapa pejabat Pemkot langsung datang melihat kondisi gedung.

Namun, setelah kunjungan tersebut belum ada kabar adanya rencana perbaikan. Atap yang roboh kemudian diganti dengan asbes, bantuan dari salah seorang pengusaha.  

Menurut Bimbi, pengusaha asal Surabaya itu enggan disebut nama maupun usahanya. Waktu memasang atap gedung, pengusaha tersebut hanya menyuruh karyawannya.

“Sampai sekarang warga maupun pengurus tidak tahu siapa nama dermawan yang ikut membantu perbaikan atap yang jebol,” kata Bimbi.(*)

Tombol Google News

Tags:

Gedung Setan Surabaya Banyu Urip Wetan