Waspada! Minuman Kemasan Picu Gagal Ginjal di Usia Muda, Kasus Meningkat Tajam

28 Juli 2025 23:14 28 Jul 2025 23:14

Thumbnail Waspada! Minuman Kemasan Picu Gagal Ginjal di Usia Muda, Kasus Meningkat Tajam
Salah satu mahasiswi Kedokteran Unusa memberikan edukasi bahayanya konsumsi minuman kemasan untuk ginjal ke santri dari Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya, Senin, 28 Juli 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Penyakit ginjal kronis (PGK) kini menjadi ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia, termasuk kalangan usia muda. Berdasarkan data terbaru, tercatat sekitar 713.783 jiwa menderita PGK di Indonesia, sedangkan Dinas Kesehatan Surabaya mencatat sebanyak 308 kasus gagal ginjal kronis hanya dalam enam bulan pertama tahun 2024, salah satunya terjadi pada remaja berusia 17 tahun.

"Data tersebut sangat miris terlebih penderita gagal ginjal ini kebanyakan anak muda yang berusia 17 tahun," ucap Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dr. Dwimantoro Iman, Sp.U, Senin, 28 Juli 2025.

Salah satu faktor pemicu yang perlu diwaspadai adalah kebiasaan mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan, yang semakin marak di kalangan generasi muda. "Terlebih masalah ini menuerang generasi muda kita," jelas dr Dwimantoro.

Menanggapi fenomena ini, tim dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FK Unusa) melakukan pengabdian masyarakat dengan tema edukasi masyarakat terhadap bahaya minuman kemasan bagi ginjal dan upaya pencegahan penyakit ginjal. Sekitar 38 santri dari Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya ikuti edukasi tersebut.

“Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan yang tinggi gula dan pengawet memberikan beban kerja berlebih pada ginjal. Jika dikonsumsi terus-menerus, risikonya bukan hanya obesitas atau diabetes, tetapi juga gagal ginjal,” ujarnya.

Minuman kemasan sudah menjadi bagian gaya hidup sebagian besar remaja. Menurut data survei yang dipaparkan dalam penyuluhan tersebut, sebanyak 62,1 persen remaja mengaku sering mengonsumsi minuman kemasan. "Akan tetapi sebagian besar dari mereka hanya memiliki tingkat pengetahuan sedang mengenai dampaknya bagi kesehatan ginjal," tuturnya.

Padahal, ginjal memiliki peran penting sebagai organ penyaring racun dan kelebihan zat di dalam tubuh. Gangguan fungsi ginjal yang terjadi sejak usia muda dapat berdampak jangka panjang, bahkan meningkatkan risiko gagal ginjal kronis yang memerlukan terapi cuci darah seumur hidup. "Bagaimana pun yang dirugikan dari kejadian ini generasi muda yang harus menjalani cuci darah," ungkap dr Dwimantoro.

Sebelum memberikan edukasi, peserta diberikan pre-test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal mereka mengenai bahaya minuman kemasan. "Banyak dari mereka yang belum mengetahui bahayanya minuman kemasan," tuturnya.

Setelah itu, dr. Dwimantoro menjelaskan dampak negatif minuman berpemanis kemasan terhadap kesehatan ginjal. Santri diajak memahami bagaimana gula berlebih dan zat aditif lainnya memperberat kerja ginjal, serta pentingnya pola hidup sehat dengan cukup minum air putih, olahraga, dan menghindari konsumsi makanan dan minuman instan secara berlebihan.

“Kami ingin para santri tidak hanya paham bahaya minuman kemasan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang bisa mengingatkan teman-teman mereka,” kata dr. Dwimantoro.

Dengan edukasi ini, dr Dwimantoro berharap dapat menanamkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal. Upaya pencegahan, meskipun dimulai dari langkah kecil seperti mengurangi konsumsi minuman berpemanis kemasan, dinilai sangat penting untuk menekan angka kejadian penyakit ginjal kronis di masa depan.

“Kita berharap edukasi seperti ini bisa diperluas, tidak hanya di pesantren tetapi juga ke sekolah-sekolah dan komunitas remaja lainnya. Pencegahan lebih baik dan lebih murah daripada pengobatan,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Al Fitroh Ponpes Al Fitroh Pengmas Unusa Unusa Fakultas Kedokteran Unusa Dokter Penyakit ginjal di Surabaya Gagal Ginjal di Surabaya