KETIK, MALANG – Universitas Islam Negeri (UIN) Malang menyiapkan tim trauma healing untuk santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo. Tim trauma healing itu disiapkan untuk meminimalisir rasa trauma dari santri - santri yang ada di Ponpes Al Khoziny.
Rektor UIN Malang Prof. Ilfi Nur Diana mengungkapkan, tim itu sudah disiapkan dan dikerahkan saat santri-santri Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, selamat itu kembali ke Ponpes Al Khoziny. Tim itu terdiri dari psikolog profesional dari Fakultas Psikologi yang dimiliki UIN Malang.
"Kami hari ini komunikasi dengan pihak pondok memberikan konseling supaya tidak trauma, para santri masih pulang. Kedepan akan kita berikan konseling supaya tidak trauma dan tetap melakukan aktivitas pembelajaran pasca semuanya ini selesai," kata Prof. Ilfi Nur Diana, saat ditemui di UIN Malang, Senin 6 Oktober 2025.
Petugas pencari gabungan memotong konstruksi bangunan ponpes saat evakuasi korban (Basarnas)
Prof. Ilfi mengungkapkan, penanganan psikologis itu dirasakan perlu agar menghilangkan trauma ke santri. Selain itu, hal ini juga wujud kepedulian UIN Malang kepada Ponpes Al Khoziny. Apalagi ia juga diminta oleh Menteri Agama (Menag) KH. Nasiruddin Umar, untuk juga membantu memulihkan pasca insiden robohnya bangunan yang mengakibatkan para santri meninggal dunia.
"Secara moral saya ikut terjun, saya bersama Menteri Agama mendampingi beliau waktu di Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo, dan kami bisa sumbangsih sekecil apapun kami berikan, apapun itu sebagai aksi moral kami," ucapnya.
Proses evakuasi korban santri di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo (Basarnas)
Ia juga menekankan tiga hal penting pasca insiden robohnya bangunan Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo. Yakni ekoteologi, manajemen konstruksi, dan pendampingan psikologi. Pada sisi ekoteologi misalnya, bagaimana pembangunan Ponpes harus ramah lingkungan.
"Dari sisi manajemen konstruksi kami memiliki para akademisi dari dosen dan mahasiswa teknik sipil, yang bisa diterjunkan ke pondok - pondok yang memerlukan bantuan dalam merekonstruksi atau mengecek bangunannya. Kami bisa menerjunkan dosen, jadi dosen pengabdian ke masyarakat," ucapnya.
Meski demikian, pihaknya belum bisa melaksanakan mitigasi secara rekonstruksi bangunan. Sebab UIN Malang belum memiliki laboratorium forensik khusus untuk konstruksi, makanya pihaknya mendorong sesama perguruan tinggi bekerjasama.
"Program mitigasi, uji forensik kami masih belum punya itu, kami akan siap bekerjasama. Kita tidak bisa sendiri, kita perlu kerjasama, sehingga kita bisa menggandeng di Jawa Timur, ada tim forensik ada UB dan ITS," tukasnya.
Sebagai informasi, hingga hari kedelapan pencarian korban santri Al Khoziny mencapai 156 orang hingga Senin pagi 6 Oktober 2025, terdiri 104 santri selamat, 52 santri yang ditemukan meninggal dunia, dan lima bagian tubuh yang ditemukan tim pencari gabungan di lokasi. (*)