KETIK, SURABAYA – Topan Matmo kembali menerjang wilayah China Selatan pada Senin, 6 Oktober 2025, memaksa lebih dari 10.000 warga di Daerah Otonomi Guangxi Zhuang mengungsi. Badai ini menyebabkan kerusakan signifikan pada lahan pertanian dan infrastruktur, terutama di kota-kota pesisir.
Menurut laporan kantor berita resmi pemerintah, Xinhua News, Topan Matmo mendarat sekitar pukul 01.10 waktu setempat (00.10 WIB), membawa angin kencang dan hujan lebat yang melanda Beihai, Qinzhou, dan Fangchenggang.
Berdasarkan laporan dari Biro Manajemen Darurat setempat menunjukkan, hingga pukul 11.00 waktu setempat (10.00 WIB), sebanyak 10.561 orang di Beihai terdampak topan, dan 10.003 orang di antaranya telah dievakuasi. Badai ini juga merusak sekitar 3.400 hektare lahan pertanian.
Angin kencang juga merobohkan lebih dari 4.000 pohon di Beihai dan menyebabkan sejumlah jalan tertutup. Petugas telah dikerahkan untuk membersihkan puing-puing dan memulihkan akses lalu lintas.
Di Kota Qinzhou dan Fangchenggang, pohon serta papan reklame dilaporkan tumbang. Personel tanggap darurat bekerja keras membersihkan puing dan mengatasi genangan air di beberapa titik.
Menurut otoritas meteorologi regional, sekitar Senin siang Topan Matmo bergerak menuju Vietnam bagian timur laut. Angin kencang dan hujan deras diperkirakan masih akan berlangsung di beberapa wilayah Guangxi.
Kota Chongzuo dan Qinzhou telah mencabut pembatasan lalu lintas sementara serta mulai memulihkan layanan kereta api.
Sementara itu, di Beihai, upaya pemulihan terus dilakukan dengan melibatkan lebih dari 1.300 personel, 116 kendaraan darurat, dan 1.730 generator.
Menanggapi bencana ini, Palang Merah China meluncurkan tanggap darurat pada Senin, 6 Oktober 2025, menyalurkan sekitar 3.400 paket bantuan ke wilayah terdampak.
Sebelumnya, pada Minggu, 5 Oktober 2025, Topan Matmo pertama kali menerjang Provinsi Guangdong, China Selatan, sekitar pukul 14.50 waktu setempat (13.50 WIB), yang sempat memaksa ribuan warga mengungsi. (*)