KETIK, CILACAP – Komunitas Tjilatcap History berkolaborasi dengan Paroki Cilacap dan Keuskupan Purwokerto menggelar pameran sejarah untuk emberikan pemahaman kepada umat dan masyarakat tentang pembinaan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) di Nusakambangan.
Dijelaskan dalam pameran tersebut, sejak tahun 1927 Gereja Katholik Cilacap sudah memberikan pembinaan bagi warga binaan yang beragama Kristiani, mereka terus memberikan rasa empati dan peduli kepada para narapidana (Napi).
Meskipun napi bersalah, sebagai rasa kemanusiaan maka harus memperlakukan mereka dengan manusiawi. Hal tersebut disampaikan oleh Thomas Sutasman selaku perwakilan dari Tjilatcap History.
"Pameran hari ini lebih menonjolkan bahwa Nusakambangan adalah penjara yang mempunyai history. Sementara itu terkait penghuninya, warga binaan Gereja Katolik Cilacap sudah memberikan pembinaan bagi napi Kristiani selama hampir satu abad," ungkap Thomas.
Romo Carolus pengisi Rohani Kristen Katolik di Lapas Nusakambangan Cilacap. (Foto: Nani Eko/Ketik)
Komunitas Tjilatcap History berkolaborasi dengan Paroki Cilacap dan Keuskupan Purwokerto menggelar pameran sejarah, Sabtu 30 Agustus 2025. Pameran digelar di belakang Gereja St. Stephanus, Jl. A.Yani Cilacap.
Dalam rangka pameran sejarah, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Kabupaten Cilacap berasosiasi dengan Misa Yubileum Tematik Indulgensi berkaitan dengan para tahanan yang ada di lapas Nusakambangan digelar selama dua hari, dari tanggal 30 hingga 31 Agustus 2025, bekerja sama Komunitas Histori dengan Paroki Cilacap dan Keuskupan Purwokerto.
Dalam Pameran Sejarah Lapas Nusakambangan ini berkaitan dengan pulau Nusakambangan sebagai pulau penjara, dimana Gereja Katolik memberikan pembinaan rohani kepada warga binaan rutin setiap bulan, khusus di Nusakambangan pada hari Rabu, sedang untuk kota setiap hari sabtu.
Sejarahwan yang juga sebagai Kepala Sekolah SMP Pius Cilacap ini menuturkan bahwa pada warga binaan merupakan manusia biasa, jadi bagaimana kita memperlakukan mereka secara manusiawi, tetap merangkul dan mendampingi.
"Melalui pendampingan ini, setelah selesai menjalani hukumannya, mereka nantinya bisa menjalani hidup bermasyarakat, dan menjalani hidup yang lebih baik," katanya.
Thomas mengungkapkan, selain pembinaan, warga binaan juga di bekali ketrampilan khusus sebagai bekal mereka untuk mendiri secera ekonomi setelah keluar sebagai bekal setelah keluar dari LP dan bersosialisasi dengan masyarakat.
"Saat di LP mereka dibina, di beri ketrampilan hingga diobservasi hingga bisa bersosialisasi dengan masyarakat, juga ketrampilan yang mereka dapat bisa digunakan untuk mendapatkan penghasilan memenuhi kebutuhan sehari-hari," tutur Thomas. (*)