KETIK, SURABAYA – Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur (Jatim) terus mengejar waktu untuk mengidentifikasi para korban ambruknya bangunan empat lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Buduran Sidoarjo.
Kabiddokkes Polda Jatim, Kombes Pol M. Khusnan Marzuki, mengungkapkan hingga saat ini, tim telah menerima 67 kantong jenazah, dan 34 di antaranya berhasil teridentifikasi. Saat ini masih ada 31 kantong jenazah yang diidentifikasi.
“Tim bekerja tanpa henti. Kami terus mencocokkan data ante mortem dan post mortem untuk memastikan setiap identitas korban akurat,” ujarnya, Rabu, 8 Oktober 2025.
Sementara itu, Kabid DVI Dokkes Mabes Polri, Kombes Pol Wahyu Hidajati, menegaskan bahwa timnya tidak akan memasang target waktu dalam proses identifikasi.
"Kami tidak berbicara target, yang jelas seluruh jenazah, kantong jenazah, dan body part akan kami identifikasi satu per satu. Tidak ada yang akan kami lewatkan,” tegas Wahyu.
Tim DVI masih menunggu hasil sampel DNA dari laboratorium di Jakarta. Dari dua gelombang hasil yang sudah keluar, 17 korban tambahan berhasil dikenali, di antaranya santri asal Bangkalan, Lamongan, Surabaya, hingga Kalimantan Barat.
“Dari pengalaman kami, hasil DNA bisa keluar antara 3–5 hari. Kami berharap proses berikutnya bisa lebih cepat,” imbuh Wahyu.
"Doakan agar semua korban segera teridentifikasi. Kami bekerja bukan sekadar cepat, tapi harus tepat — karena setiap nama adalah nyawa yang harus dipulangkan dengan hormat,” pungkasnya.
Kronologi singkat dan korban sudah dievakuasi terjadi pada Senin, 29 September 2025 sekitar pukul 15.35 WIB. Bangunan empat lantai tersebut ambruk saat para santri Pondok Pesantren Al Khozini sedang melakukan Salah Ashar dua rakaat di lantai 1.
Akibatnya, banyak santri yang terjebak dalam puing-puing bangunan. Berdasarkan data sementara yang dikeluarkan Kantor Basarnas Surabaya, Selasa malam, 30 September 2025 sebanyak 100 orang santri menjadi korban tragedi ini. (*)