Tantangan Baru dalam Mewujudkan Unair sebagai Kampus Hijau

19 November 2025 18:47 19 Nov 2025 18:47

Thumbnail Tantangan Baru dalam Mewujudkan Unair sebagai Kampus Hijau
Oleh: Laila Fajrina Falah*

Universitas Airlangga kini tengah mendorong gaya hidup sehat dan ramah lingkungan bagi seluruh civitas akademika. Salah satu bentuk nyatanya adalah pembatasan penggunaan kendaraan bermotor di dalam area kampus. Kebijakan ini terlihat dari penerapan sistem parkir terpusat di beberapa titik serta penerapan biaya masuk bagi kendaraan roda empat.

Tujuannya jelas untuk menciptakan lingkungan kampus yang hijau, bebas polusi, dan mendorong mahasiswa untuk lebih banyak berjalan kaki. Namun di sisi lain, muncul tantangan baru yaitu fasilitas jalur pejalan kaki di beberapa area kampus ternyata belum mendukung sepenuhnya kebijakan tersebut.

Di Kampus C Universitas Airlangga, area parkir terpusat hanya tersedia di tiga lokasi, yaitu di GOR, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), dan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK). Sementara itu, area parkir di setiap fakultas hanya diperuntukkan bagi dosen dan tenaga kependidikan dengan kapasitas yang terbatas. 

Mahasiswa mau tidak mau harus membiasakan diri berjalan kaki dari tempat parkir menuju fakultas masing-masing. Saat ini, beberapa jalur pejalan kaki di kampus sudah memiliki kanopi dan pepohonan rindang, bahkan terdapat beberapa gazebo untuk beristirahat. Namun di sejumlah titik lainnya, fasilitas tersebut masih belum memadai.

Di kawasan sekitar asrama putri, jalur pedestrian masih terasa panas karena minim naungan. Banyak mahasiswa sebenarnya ingin berjalan kaki, termasuk penghuni asrama putri yang menganggap aktivitas tersebut sebagai bagian dari olahraga harian. 

Namun, teriknya cuaca Surabaya dan kurangnya pohon rindang di jalur menuju fakultas membuat mereka sering beralih menggunakan kendaraan. Kondisi ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap kebiasaan berjalan kaki belum dapat berkembang sepenuhnya tanpa lingkungan yang lebih nyaman.

Hal serupa juga dirasakan oleh penghuni asrama putra. Mereka mendukung kebijakan pengurangan lahan parkir karena dianggap dapat membiasakan mahasiswa berjalan kaki. Namun, lokasi asrama yang berada di bagian paling ujung kampus dan minim naungan membuat perjalanan menuju Gedung Kuliah Bersama terasa sangat terik, terutama ketika berjalan sendiri. 

Meskipun berjalan kaki bersama teman terasa menyenangkan, pada akhirnya banyak mahasiswa tetap memilih menggunakan Unair Bike, yang sayangnya tidak selalu dapat diakses dengan baik.

Bahkan dari sisi petugas lapangan, kondisi ini juga mendapat perhatian. Petugas keamanan yang berjaga di area asrama baru sering menyaksikan mahasiswa melintas di bawah matahari yang terik tanpa perlindungan, dengan ekspresi kelelahan yang tampak jelas.

Ia menilai bahwa pohon-pohon yang baru ditanam belum mampu memberikan keteduhan yang cukup. Menurut pengamatannya, penambahan kanopi dan percepatan penghijauan akan sangat membantu menciptakan jalur pejalan kaki yang lebih aman, teduh, dan layak digunakan sehari-hari.

Berjalan kaki memiliki banyak manfaat kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO), berjalan kaki selama 30 menit setiap hari dapat menurunkan risiko penyakit jantung, obesitas, dan stres. Selain itu, berjalan kaki di lingkungan kampus seharusnya menjadi kebiasaan positif yang memperkuat interaksi sosial antar mahasiswa.

Namun perilaku sehat seperti ini tidak bisa tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung. Dalam teori promosi kesehatan dikenal konsep supportive environment, yaitu kondisi lingkungan yang memungkinkan individu untuk mudah menerapkan perilaku sehat. Artinya, kebijakan berjalan kaki di kampus perlu disertai dengan fasilitas pendukung yang memadai.

Universitas Airlangga sebenarnya sudah menunjukkan komitmen terhadap konsep green campus dan gaya hidup sehat melalui upaya pengurangan kendaraan bermotor di area kampus. Kebijakan ini sejalan dengan semangat menciptakan lingkungan belajar yang lebih ramah dan bebas polusi. 

Namun, langkah tersebut perlu diimbangi dengan penyediaan fasilitas yang aman, teduh, dan ramah bagi pejalan kaki. Tanpa dukungan lingkungan yang memadai, niat baik untuk membangun kebiasaan sehat di kalangan mahasiswa bisa kehilangan dampak nyatanya.

Solusinya tidak harus mahal atau rumit, penambahan kanopi di jalur utama dan jalan penghubung antar gedung, penanaman pohon rindang yang lebih banyak, juga penyediaan tempat duduk di beberapa titik strategis bisa menjadi langkah sederhana namun efektif. Kolaborasi antara pihak kampus dan para mahasiswa juga bisa menjadi sebuah solusi kreatif. 

Bukan hanya program studi Kesehatan Masyarakat dan Teknik Lingkungan yang dapat berperan aktif, tetapi seluruh mahasiswa yang memiliki gagasan kreatif juga bisa turut berkontribusi. 

Salah satu bentuknya dapat diwujudkan melalui mengadakan ajang kompetisi desain “Jalur Sehat Kampus”, di mana ide-ide terbaik dari mahasiswa dapat dijadikan inspirasi nyata untuk menciptakan lingkungan kampus yang lebih ramah, teduh, dan mendukung gaya hidup sehat.

Berjalan kaki memang langkah kecil, tetapi dampaknya besar bagi kesehatan dan lingkungan. Agar kebijakan ini berhasil, kampus perlu memastikan setiap langkah mahasiswa dilakukan di jalur yang aman, teduh, dan nyaman. Karena pada akhirnya, gaya hidup sehat tidak hanya dimulai dari niat individu, tetapi juga dari bagaimana lingkungan mendukung setiap langkah yang mereka ambil.

*) Laila Fajrina Falah merupakan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.com
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini Laila Fajrina Falah Unair kampus hijau