KETIK, TRENGGALEK – Pemangku Adat Trenggalek akhirnya mengukuhkan Sunari menjadi Ketua Umum untuk masa bhakti 2025-2030.
Pengukuhan tersebut dilangsungkan di Pendopo Manggala Praja Nugraha, Sabtu 18 Oktober 2025.
Usai dikukuhkan, Sunari mengatakan, terbentuknya Pemangku Adat ini dilatarbelakangi atas rasa ingin melestarikan kebudayaan yang ada di Kabupaten Trenggalek. Tak terkecuali dengan mengedepankan kearifan lokal.
Salah satunya adalah situs Trenggalek yang resmi, yaitu Ngodalan yang prasastinya ada di Kampak. Termasuk salah satunya untuk mengenang sejarah Empu Sendok.
"Di situ juga ada sendangnya lo!," ucapnya kepada jurnalis Ketik.com.
Sunari menjelaskan, prasasti Kampak tidak ada tanggalnya, sehingga Hari Jadi Kabupaten Trenggalek mengambil dari prasasti Kamulan, tanggal 31 Agustus di era Kertajaya Kediri.
"Oleh karena itu, para tokoh budaya, pinisepuh ngugemi, untuk mengingat-ingat dan melestarikan sejarah para leluhur," tuturnya.
Ia menegaskan, jika ke depannya akan mengadopsi dari keraton Yogjakarta, dan Solo untuk yang khusus Trenggalek. Karena, daerahnya yang masuk pesisiran dibagi menjadi dua.
"Sedangkan untuk yang selatan masuk wilayah Mataraman Yogjakarta, dan yang utara masuk Surakarta," tandanya.
Ia mengakui, jika kehadiran Pemangku Adat di Trenggalek akan tetap bersinergi dengan budaya-budaya lokal yang ada di Trenggalek. Misalnya, acara Ngitung Batih di Dongko, Kirab Kembar Mayang di Bendungan, metri sumber, serta budaya lainnya.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, lanjutnya, sebelum hari jadi melakukan metri sumber-sumber di Trenggalek dengan slametan. Metri tersebut dilakukan di Kampak, Dongko, Bendungan, dan Pule.
"Ini dimaksudkan sekaligus menegaskan jika air itu merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat," ujarnya.
Ia juga menggagas sebuah acara pada saat pergantian tahun 2025-2026 dengan kolaborasi budaya dengan kearifan lokal.
"Kita akan lakukan doa bersama dengan seribu lilin, jaranan Turonggo Yakso, ketoprak, serta wayang," tutupnya (*)