KETIK, BATU – Sebanyak 18 seniman di Kota Batu memamerkan karya visual bertajuk "Jejak Arang" di Galeri Raos. Pameran unik yang menggunakan arang sebagai medium utama ini digelar mulai 20 September hingga 30 September 2025.
Pameran "Jejak Arang" ini menampilkan beragam karya visual yang membuktikan bahwa bahan sederhana seperti arang, yang biasa digunakan untuk membakar, bisa diubah menjadi karya seni yang bernilai estetika tinggi.
Seniman peserta pameran, Gus Bandi, menjelaskan bahwa pameran ini merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa berkesenian tidak dibatasi oleh media.
"Jadi kami ingin menunjukkan bahwa membuat karya seni itu tidak terbatas pada apapun. Bahkan dengan bahan seadanya kita bisa berekspresi total," terang Gus Bandi, Minggu, 28 September 2025.
Gus Bandi menyampaikan, dalam pameran ini setiap seniman diberi kebebasan untuk menuangkan ide dan kreativitasnya. Meski demikian, ada satu tantangan, yaitu bagaimana setiap karya bisa berpadu dan harmonis dengan karya lainnya.
"Intinya itu kita ingin pakai media baru yang murah meriah untuk mengekspresikan karya, tapi tidak mengurangi kualitas," imbuhnya.
Menurut Gus Bandi, menggambar dengan arang adalah meditasi. Tekstur hitam-putih yang kontras menghadirkan ruang bagi imajinasi tanpa batas. Ada ketegangan, ada kesederhanaan, tetapi juga ada keintiman yang tidak selalu mampu disampaikan melalui medium lain.
Secara psikologis, arang memberi efek menenangkan, membangkitkan fokus, bahkan menghadirkan kesadaran baru bagi para kreatornya.
“Pameran ini bukan soal hasil akhir. Justru proses lah yang penting. Dengan arang, seniman bisa menemukan kembali kejujuran dalam ekspresi visualnya,” jelasnya.
Delapan belas seniman yang berpartisipasi dalam "Jejak Arang" meliputi: Anwar, A. Rokhim, Agus Sujito, Agus Riyanto, Badrie, Djoeari Soedarbja, Gusbhandi Harjito, M. Imron Fartoni, Watoni, Slamet Hendro Kusumo, Sireng, Sudiono, Yuswianto, Rianto, Priwahyuono, Sugeng Pribadi, Syaiku, dan Soeid. (*)