Santri Korban Ponpes Al Khoziny Alami Trauma Berat, Pemkot Malang Siapkan Psikolog

8 Oktober 2025 17:31 8 Okt 2025 17:31

Thumbnail Santri Korban Ponpes Al Khoziny Alami Trauma Berat, Pemkot Malang Siapkan Psikolog
Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito menjelaskan santri korban runtuhnya Ponpes Al Khoziny mendapat pendampingan psikolog. (Foto: Lutfia/Ketik)

KETIK, MALANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memberikan bantuan pendampingan psikologis kepada salah satu santri asal Kota Malang yang menjadi korban musibah runtuhnya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo. Santri tersebut dilaporkan mengalami trauma berat pascakejadian.

Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kota Malang, Donny Sandito, menjelaskan bahwa dari tiga anak yang terdata sebagai korban, hanya satu yang memerlukan pendampingan khusus.

"Kebetulan yang terdata di kami ada tiga orang, semuanya di Kedungkandang. Tetapi dari tiga itu, ternyata yang dua tidak memerlukan pendampingan khusus. Pendampingan khusus ada satu anak, siswa kelas 1 SMP. Itu masih ada traumanya, lumayan," ujarnya, Rabu, 8 Oktober 2025.

Menurut Donny, santri yang membutuhkan pendampingan khusus adalah siswa kelas 1 SMP yang mengalami trauma cukup parah. Saat musibah terjadi, santri tersebut berada di saf kelima jamaah salat, sementara empat teman sekamarnya berada tepat di saf belakangnya.

Trauma berat yang dialami santri tersebut dipicu oleh media sosial. Ketika ia membuka media sosial, video terkait musibah dan teman-temannya yang menjadi korban terus bermunculan.

"Kami sudah kerja sama dengan lembaga psikolog mulai kemarin untuk pendampingan korban. Traumanya dia itu pada saat lihat TikTok, yang muncul temannya. Sejak saat itu dia gak berani tidur sendiri, ke mana-mana sendiri gak berani," jelas Donny. 

Mengenai kelanjutan pendidikan, Donny mengaku Pemkot tidak mengeluarkan rekomendasi agar korban tidak kembali ke Ponpes Al Khoziny. Para santri, termasuk dua santri yang duduk di bangku kelas 3 SMP, saat ini masih menunggu kabar dari pihak ponpes.

Di sisi lain, santri kelas 1 SMP yang mengalami trauma ini ternyata berasal dari keluarga miskin ekstrem dan masuk dalam desil 1 data kemiskinan. Jika ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan di ponpes, ia memiliki peluang besar untuk bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) Kota Malang.

"Kalau yang kelas 1 SMP itu masih menunggu apakah akan tetap di sana bagaimana. Ternyata dia masuk desil 1, bisa jadi ke SR Kota Malang karena kan ini juga semua korban dipantau Kemensos," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ponpes Al Khoziny Kota Malang Al Khoziny psikolog trauma santri Pemkot Malang Malang