KETIK, MALANG – Samsul Arifin (44), warga Kotalama, Kota Malang, merupakan salah satu sosok yang berperan penting dalam hadirnya bus TransJatim di Malang Raya. Sebelum duduk di kursi pengemudi bus milik Pemprov Jatim itu, Samsul merupakan sopir angkot jalur AMG.
Kondisi ekonomi menjadi salah satu alasan kuat yang membuat Samsul akhirnya memutuskan beralih menjadi sopir TransJatim. Ia bercerita kepada Ketik.com, anjloknya minat masyarakat terhadap angkot membuat pendapatannya terus menurun.
"Saya dulu sopir angkot AMG, terus pindah ke TransJatim. Memang ingin ganti profesi karena angkot sekarang sepi," ujarnya, Kamis, 20 November 2025.
Turunnya minat warga Malang terhadap angkot memang bukan sekadar isapan jempol. Samsul pernah merasakannya langsung.
Suatu hari, ia pernah berkeliling dari Terminal Gadang menuju Terminal Arjosari. Perjalanan panjangnya mencari penumpang tersebut tak membuahkan hasil. Hanya ada seorang penumpang yang ia bawa. Padahal, kewajiban setoran yang tetap harus dipenuhi.
"Dulu masih enak, angkot masih ada yang penumpangnya. Sekarang kan dikejar setoran. Kita ngejar nggak dapet. Kadang dari Gadang ke Arjosari cuma dapat seorang penumpang," tutur Samsul.
Melihat kondisi ini dan banyaknya kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, Samsul pun mencoba peruntungan baru. Ia mendaftarkan diri sebagai sopir TransJatim. Ia pun menjalani serangkaian tes untuk mengetahui kemampuannya dalam mengoperasikan bus.
Kini, Samsul memiliki ritme kerja yang lebih pasti dan pendapatan lebih menjanjikan. Ia tak lagi dihantui kecemasan soal setoran. Baginya, bekerja sebagai sopir bus TransJatim memberikan ketenangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga.
"Mau di jalani dulu. Lebih mudah dan mengurangi beban pikiran. Kalau angkot kan harus mikir setoran. Kalau nggak dapet setoran kan pusing, buat makan susah. Harapannya bisa lebih melancarkan perekonomian. Sekarang dapat gaji," tandasnya.
