KETIK, BLITAR – Di bawah rimbun pepohonan Sumber Cangkring, suara gamelan, tabuhan jedor, dan langkah warga yang menyatu membentuk irama tradisi yang tak lekang oleh waktu.
Desa Tumpang, Kecamatan Talun, kembali menggelar kirab budaya Wedus Kendit dan Sedekah Bumi ritual adat yang sudah hidup lebih dari satu abad, Jumat, 5 Desember 2025.
Ratusan warga terlihat khidmat mengiringi seekor kambing bercorak belang khas, sang “Wedus Kendit”, yang menjadi simbol doa keselamatan bagi desa. Di antara keramaian, Kepala Desa Tumpang, Agus Salim, berdiri memimpin jalannya prosesi.
“Hari ini kita menggelar bukak ladon selamatan among tani kirab budaya Wedus Kendit dan Sedekah Bumi,” ujar Agus.
“Menyembelih Wedus Kendit dan memberikan sedekah bumi adalah cara kami melestarikan budaya lokal.”
Sebelum disembelih, kambing berkendit ini dikirab terlebih dahulu. Warga dari berbagai RT/RW juga turut ambil bagian, termasuk lewat lomba tumpeng yang sudah digelar sehari sebelumnya.
“Ini sudah menjadi rangkaian kegiatan sejak kemarin. Sumber Cangkring pun kita jadikan ruang ekspresi budaya yang terus hidup,” kata Agus.
Tradisi ini memiliki cerita panjang. Wedus Kendit bukan sekadar kambing biasa; sejak tahun 1918, hewan dengan corak putih-melingkar ini dipercaya sebagai simbol tolak balak.
“Dulu ketika terjadi bencana alam, wabah penyakit, dan gagal panen, nenek moyang kita melakukan wasilah dengan menyembelih Wedus Kendit untuk memohon keselamatan,” tutur Agus.
“Kita hanya meneruskan warisan ini agar tidak hilang di telan zaman.”
Di sisi lain, pemerintah daerah melihat tradisi ini memiliki nilai budaya yang sangat kuat. Plt Kabid Budaya Disbudpar Kabupaten Blitar, Hastomo Ali, menilai tradisi Wedus Kendit layak masuk daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia.
“Ini tradisi ratusan tahun, benar-benar nguri-nguri budaya,” ungkap Hastomo.
“Secara umur, tradisi ini sudah mencukupi menjadi WBTb, meskipun masih ada persyaratan lain yang harus dipenuhi. Kami akan mendorong dan mengawalnya agar bisa terdaftar secara resmi," jelssnya.
Keunikan Wedus Kendit corak garis putih yang melingkari tubuh kambing menjadi ciri khas yang tidak dimiliki daerah lain. Keunikan itu pula yang menjaga tradisi ini tetap hidup.
Prosesi kirab berakhir dengan penyembelihan Wedus Kendit dan makan bersama warga sebagai simbol syukur atas hasil bumi tahun ini.
Tradisi boleh tua, tapi semangat masyarakat Tumpang membuktikan bahwa budaya tidak pernah usang selama ada yang menjaganya.(*)
