KETIK, JOMBANG – Ratusan petani di Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, tengah dirundung nestapa. Harapan panen jagung yang telah mereka rawat selama berbulan-bulan kini hancur tak bersisa.
Hama tikus menyerang secara masif, merusak ratusan hektar lahan jagung dalam waktu singkat. Dalam dua minggu terakhir, serangan hama ini datang secara membabi buta, meluluhlantakkan batang demi batang jagung di ladang warga.
Petani menduga ribuan tikus tersebut keluar dari area sekitar pabrik milik PT Satwa Utama Raya (SUR) 3, anak perusahaan Charoen Pokphand Jaya Farm (CPJF) yang sedang dalam proses pembongkaran kandang dan pembersihan limbah pakan ternak.
Ponidi (58), salah satu petani di Dusun Kedungsari, menyaksikan sendiri ladangnya seluas 1.500 meter persegi ludes dimakan tikus hanya dalam semalam.
“Waktu pokphand belum bongkar aman. Setelah dibongkar, tikus berhamburan keluar. Tanaman habis, panen gagal. Pasang setrum pun tak mempan,” ucap Ponidi dengan suara lirih, Senin, 2 Juni 2025.
Dengan mata berkaca-kaca, Ponidi menambahkan bahwa upaya pengendalian seperti jebakan, umpan racun, hingga pagar listrik tidak mampu menahan gelombang serangan. Hama tikus terus datang seperti banjir gelap yang melahap masa depan mereka.
Petani Minta Tanggung Jawab dan Kompensasi
Ponidi dan petani lainnya berharap pihak perusahaan bertanggung jawab atas dampak lingkungan yang timbul akibat aktivitas mereka. Ia menilai seharusnya sebelum dilakukan pembongkaran limbah, perusahaan melakukan tindakan pencegahan seperti pemasangan perimeter jebakan atau penyemprotan.
“Kami hanya minta keadilan. Tanaman kami rusak, harapan panen pupus. Kami minta ada ganti rugi dan pencegahan agar kejadian ini tak terulang,” tambahnya.
Dikonfirmasi terpisah, Personalian & General Affair (PGA) Area CPJF Jombang, Pribowo Eko mengaku belum mengetahui secara pasti asal mula hama tikus tersebut. Namun pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh.
“Soal tikus dari mana, kami belum bisa pastikan. Tapi kami sudah berusaha maksimal. Untuk pagar pembatas, akan kami benahi bulan ini,” ujar Pribowo.
Terkait permintaan kompensasi, pihak perusahaan mengaku tengah melakukan pendataan bersama pemerintah desa dan perwakilan petani.
“Masih dalam tahap koordinasi. Kami berupaya menyelesaikan ini dengan baik,” tandasnya.(*)