KETIK, PALEMBANG – Pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Palembang langsung menemui massa yang menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor mereka pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Dalam aksinya, puluhan pengunjuk rasa mendesak Kepala KSOP Palembang untuk bertanggung jawab atas insiden kapal yang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka juga menyoroti lemahnya fungsi pengawasan terhadap kapal pandu dan kapal tunda yang mengawal aktivitas kapal besar, terutama tongkang pengangkut batu bara di Sungai Musi, yang menjadi pemicu utama tuntutan tersebut.
Menanggapi aksi unjuk rasa tersebut, Kepala Bidang Keselamatan Kapal Berlayar KSOP Palembang, Zainuddin, memberikan keterangan langsung kepada para pengunjuk rasa.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya belum bisa memberikan pernyataan pasti terkait dugaan pelanggaran.
"Dugaan ini kami tidak mengatakan iya atau belum, tetapi ketika tim KSOP Palembang turun ke lapangan, itu belum ada tanda-tanda muatan yang menyangkut pada saat itu," jelas Zainuddin.
Ia menambahkan bahwa kasus tersebut sudah ditangani oleh Polairud, dan KSOP masih menunggu hasil penyelidikan untuk menentukan langkah selanjutnya.
"Kami masih perlu koordinasi hasil penyelidikan dan pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran hukum. Ketika sudah ada hasil, maka kami akan menindaklanjutinya dan akan memberikan sanksi jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP)," tegasnya.
Koordinator Aksi, dari LSM Suara Informasi Rakyat Sriwijaya, Rahmad Sandi Iqbal, S.H., menegaskan insiden tersangkutnya kapal tongkang batu bara yang diduga over kapasitas di Jembatan Ampera beberapa waktu lalu, adalah bukti ketidakmaksimalan kinerja pengawasan.
“Kami meminta KSOP lebih tegas mengawasi dan menindak kapal yang membawa muatan berlebih. Jangan sampai Jembatan Ampera menjadi korban,” ujar Sandi.
Tuntutan lain dari massa aksi adalah agar Kepala KSOP Kelas I Palembang bertanggung jawab dan memberikan sanksi atas insiden tongkang batu bara yang diduga over kapasitas dan tersangkut di atas Jembatan Ampera. Aksi ini menunjukkan kegelisahan masyarakat terhadap keamanan pelayaran di Sungai Musi.