KETIK, SURABAYA – Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, menjadi pembicara utama pada sesi kedua Muktamar Ilmu Hadis dan Digitalisasi Keilmuan Islam 2025 yang digelar di UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Dalam forum yang dihadiri para akademisi, dosen, dan mahasiswa itu, Prof. Kamaruddin mengajak peserta untuk menekuni ilmu hadis secara mendalam, tidak hanya melalui khazanah turats (literatur klasik Islam), tetapi juga dengan mengadopsi pendekatan akademik modern dari Barat.
“Forum seperti ini merupakan wujud komitmen akademik yang luar biasa. Jangan berhenti di seremoni, tapi jadikan sebagai tradisi keilmuan yang berkelanjutan,” ujarnya optimistis, seperti dikutip dari siaran pers Kemenag, Jumat, 31 Oktober 2025.
Ia menegaskan pentingnya memperkuat ilmu-ilmu dasar keislaman, terutama ilmu hadis, yang menurutnya merupakan fondasi bagi keberlangsungan intelektual Islam. Kamaruddin juga berharap Surabaya dapat berkembang menjadi pusat penting studi Islam yang mampu menjembatani semangat akademik kampus dan pesantren.
Dalam refleksi pribadinya, Kamaruddin mengaku aktivitas intelektualnya sempat terhenti setelah dirinya masuk ke dunia birokrasi.
“Sejak jadi pejabat, akumulasi intelektual saya hampir berhenti total,” ucapnya jujur.
Meski demikian, kecintaannya terhadap ilmu hadis tidak pernah surut. Ia masih mengenang masa ketika membaca karya almarhum Syuhudi Ismail, tokoh yang memperkenalkannya pada cara berpikir kritis dan tradisi ilmiah dalam studi hadis klasik.
Perjalanan intelektualnya kemudian berlanjut ke Belanda, tempat ia bertemu Prof. G.H.A. Juynboll, seorang orientalis berpengaruh dalam kajian hadis modern. Menurutnya, Juynboll dikenal disiplin luar biasa dan hanya menulis satu artikel setiap enam bulan, tetapi dengan kualitas argumentasi yang kuat dan tajam.
“Itu pelajaran berharga tentang kesungguhan dan kedalaman berpikir,” ungkapnya.
Dari pengalaman itu, Kamaruddin menulis tesis mengenai otentisitas periwayatan hadis pada abad pertama hijriah. Ia menelusuri hubungan antara sanad, sejarah, dan konteks sosial-politik Islam awal, serta tidak segan mengkritik pandangan para orientalis maupun tokoh Muslim sendiri.
“Bagi saya, kritik adalah bagian dari percakapan ilmiah yang sehat,” tegasnya.
Dalam paparannya, ia memaparkan tiga mazhab besar studi hadis modern di Barat. Pertama, mazhab pesimistis, yang diwakili Joseph Schacht dan Juynboll, berpandangan bahwa hadis muncul belakangan dan tidak bersumber langsung dari Nabi. Kedua, mazhab optimistis, seperti Fuad Sezgin dan Mustafa al-A‘zami, yang menilai tradisi periwayatan Islam justru kuat dan dapat dipercaya. Ketiga, mazhab moderat, seperti Harald Motzki, yang menggunakan pendekatan historis dan analisis kontekstual.
“Saya mengkritik semuanya,” ujarnya tersenyum. “Yang terlalu pesimistis sering kali penuh prasangka terhadap Islam, sementara yang terlalu optimistis kadang kurang kritis terhadap data. Tugas kita bukan membela kubu, tapi membela kebenaran ilmiah.”
Menurutnya, diskursus hadis kini bergeser dari sekadar perdebatan tentang sahih atau dhaif menuju kajian yang lebih luas: bagaimana hadis dipahami dalam konteks sejarah sosial-politik umat Islam awal. Karena itu, ia mendorong kampus Islam di Indonesia agar berani berperan aktif dalam wacana akademik global.
“Jangan hanya jadi pengulang hafalan lama. Saatnya kita ikut menyumbang argumen,” tutupnya.
Pemaparan Prof. Kamaruddin menjadi salah satu sesi paling reflektif dalam Muktamar Ilmu Hadis dan Digitalisasi Keilmuan Islam 2025. Gagasan yang ia sampaikan menghubungkan dua dunia keilmuan — tradisi turats yang mengakar dan pendekatan ilmiah Barat yang kritis — sekaligus menegaskan pentingnya membangun jembatan antara warisan keilmuan Islam dan realitas intelektual global masa kini. (*)

 
         
         
             
             
             
             
                        
                     
         
         
         
         
         
                             
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
       
         
         
         
         
                             
         
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                                            