Pemkot Pekalongan Resmikan Sentra Batik Ramah Lingkungan Rumah Livelihood

26 November 2025 13:01 26 Nov 2025 13:01

Thumbnail Pemkot Pekalongan Resmikan Sentra Batik Ramah Lingkungan Rumah Livelihood
Asisten Ekbang Setda Kota Pekalongan Sugiyo saat peresmian Rumah Batik Livelihood sebagai sentra Batik Pekalongan, Rabu (26/11/25) (Foto:Ari/Ketik.com)

KETIK, PEKALONGAN – Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kemitraan Adaptation Fund menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) Rumah Livelihood, sebagai pusat pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi hijau, Selasa (25/11/2025). Program ini merupakan kelanjutan dari Program Adaptation Fund yang telah berjalan sejak tiga tahun lalu.

Penandatanganan dilakukan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Pekalongan, Sugiyo bersama Direktur Finansial dan Operasional Kemitraan Retno Utaira di Rumah Livelihood, Rabu 26 November 2025.

Turut hadir Ketua PMI Kota Pekalongan Dwi Arie Putranto dan Kepala Dinparbudpora Pekalongan Sabaryo beserta jajaran. Program ini akan memanfaatkan Gedung PMI Jetayu yang selama ini digunakan sebagai markas dan klinik PMI, yang akan ditinggalkan karena PMI sedang membangun gedung baru di kawasan Kraton. 

Asisten Ekbang Setda Kota Pekalongan Sugiyo menyampaikan program ini dirancang untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat melalui keterampilan membatik berbasis ekologi. Rumah Livelihood akan berlokasi di Gedung PMI Jetayu yang kini dimanfaatkan sebagai pusat pelaksanaan program.

Sugiyo menjelaskan program ini merupakan program lanjutan dari Adaptation Fund di Kota Pekalongan yang diinisiasi dan difasilitasi oleh Kemitraan dan sudah berlangsung tiga tahun.

"Kali ini menjadi lanjutan rumah pemberdayaan ekonomi masyarakat atau Livelihood di Gedung PMI Jetayu. Kami nanti akan menggerakkan masyarakat, terutama pembatik di Kota Pekalongan, untuk fokus pada batik berbasis ekologi atau pewarna alami,” kata Sugiyo.

Lebih lanjut ia menjelaskan keberadaan Rumah Livelihood diharapkan mampu menciptakan ruang belajar bagi pembatik maupun masyarakat umum yang ingin mendalami proses produksi batik ramah lingkungan.

“Selama ini batik Pekalongan dikenal menggunakan pewarna sintetis. Padahal batik pewarna alami sudah ada dan ini menjadi langkah untuk mengembangkannya di satu tempat sehingga masyarakat lain dapat belajar,” ungkapnya.

Direktur Finansial dan Operasional Kemitraan Retno Utaira menerangkan hadirnya program ini merupakan bagian dari upaya mendorong praktik adaptasi perubahan iklim sekaligus pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, batik ekologi adalah peluang besar untuk membawa Kota Pekalongan menuju ekonomi hijau.

“Kami mendorong praktik adaptasi lingkungan sebagai bagian dari tujuan keberlanjutan. Ke depan, kita akan mengimplementasikan ekonomi hijau. Batik ekologi ini merupakan salah satu peluang kita untuk mengarah ke sana,” kata Retno.

Ia menambahkan, batik ekologi yang dikembangkan dalam program ini telah mendapat perhatian hingga kancah internasional. Salah satunya ketika karya peserta program diikutsertakan dalam pameran Inacraft.

“Saat mengikuti Inacraft kemarin, batik ini justru banyak diminati dan dibeli oleh pengunjung dari Jepang. Jika kita dapat mempromosikan produk ramah lingkungan secara berkelanjutan, harapannya tempat ini bisa menjadi sentra produksi batik ekologi serta usaha lain yang dilakukan secara berkelanjutan,” tutur Retno.

Ia berharap Rumah Livelihood kelak tidak hanya menjadi ruang produksi, tetapi juga menjadi pusat pelatihan, pemberdayaan, serta sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat.

Sementara Ketua PMI Kota Pekalongan Dwi Arie Putranto menuturkan latar belakang penggunaan Gedung PMI Jetayu sebagai lokasi pengembangan program ini. Menurut Dwi, gedung tersebut merupakan aset pemerintah daerah yang sebelumnya dipinjam-pakai PMI sebelum lembaga itu membangun gedung baru.

'“Gedung PMI Jetayu ini adalah milik Pemerintah Kota. PMI hanya pinjam pakai. Karena tuntutan pelayanan semakin besar, kami membangun gedung baru di daerah Kraton di atas tanah hibah Pemkot Pekalongan. Pembangunan tersebut menggunakan biaya dari PMI,” beber Dwi.

Dengan kolaborasi antara Pemkot Pekalongan, PMI, dan Kemitraan, Rumah Livelihood diharapkan menjadi ruang inovasi, pelestarian budaya, sekaligus penggerak ekonomi hijau yang berkesinambungan dan memperkuat identitas Kota Pekalongan sebagai Kota Batik yang tidak hanya berorientasi pada estetika, tetapi juga keberlanjutan lingkungan.(*)

Tombol Google News

Tags:

Batik ramah lingkungan batik pekalongan pmi pekalongan wai kota pekalongan pemkot pekalongan Batik sentra batik