KETIK, BATU – Wali Kota Batu, Nurochman, memastikan bahwa kehadiran Bus Trans Jatim tidak akan menggeser keberadaan angkot. Menurutnya, kedua moda transportasi tersebut melayani segmen yang berbeda.
“Beda segmen maka jangan terburu menafsirkan dulu secara reaktif. Lagipula itu programnya provinsi untuk membantu mengurai kemacetan dan menambah mode transportasi baru,” katanya, Rabu, 23 Juli 2025.
Menurut Pria yang akrab disapa Cak Nur itu, Bus Trans Jatim diproyeksikan lebih banyak digunakan oleh wisatawan. Atau masyarakat luar kota yang berkunjung ke Malang Raya.
Sementara angkot masih menjadi pilihan utama warga lokal untuk mobilitas sehari-hari.
“Insya Allah, tidak akan berbenturan langsung karena angkot dominan dipakai masyarakat Batu sendiri. Sedangkan, Mayoritas pengguna Trans Jatim nanti kan penumpang antar daerah," jelasnya.
Untuk mendukung keberadaan angkot, tegas Cak Nur, Pemkot Batu juga memastikan bahwa halte-halte yang disiapkan untuk Trans Jatim di Kota Batu bisa digunakan bersama.
Halte yang akan dibangun di Desa Pendem, depan Jatim Park 3, dan depan SMP Negeri 3 Batu, disebut bisa menjadi titik naik-turun penumpang bagi angkot maupun bus.
“Kami tetap akan melindungi sopir angkot, dan memastikan mereka juga bisa memanfaatkan fasilitas yang ada,” tambahnya.
Untuk informasi, pemprov Jatim menargetkan pembukaan satu koridor Trans Jatim di Malang Raya tahun ini. Rute tersebut akan menghubungkan Terminal Batu – Terminal Landungsari – Terminal Hamid Rusdi, dan melintasi dua kecamatan di Kota Batu, yaitu Junrejo dan Batu.
Namun, rencana pengoperasian Bus Trans Jatim di wilayah Malang Raya pada Oktober 2025 memunculkan kekhawatiran dari sejumlah sopir angkot di Kota Batu. Mereka khawatir kehadiran moda transportasi baru ini bisa berdampak pada berkurangnya jumlah penumpang angkot.
"Kami cemas penumpang akan berpindah ke Trans Jatim, apalagi jika rute dan titik halte bus berada di jalur yang sama dengan trayek angkot," kata salah satu sopir angkot, David Ramadhan.
David juga menilai potensi beban biaya ganda bisa membuat penumpang enggan menggunakan angkot sebagai penghubung ke halte.
"Kalau harus bayar dua kali, orang bisa jadi lebih milih diantar keluarga langsung ke halte Trans Jatim,” tegasnya. (*)