Musim Kemarau Basah Masih Terjadi, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

13 Juli 2025 05:30 13 Jul 2025 05:30

Thumbnail Musim Kemarau Basah Masih Terjadi, Ini Penyebabnya Menurut BMKG
Ilustrasi cuaca. (Grafis: Rihad Humala/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi di wilayah Jawa Timur sampai pertengahan bulan Juli 2025 masih belum akan memasuki musim kemarau yang normal.

Pada bulan pertengahan Juli 2025 masih terjadi hujan lokal di beberapa titik. Intensitas hujan ringan dan sedang, namun durasinya tidak terlalu lama.

Hujan yang terjadi pada musim kemarau ini bisa disebut sebagai ‘musim kemarau basah’. Berdasarkan laman BMKG tercatat bahwa di sebagian wilayah Jawa Timur tercatat berawan dan cerah. 

Akibat gangguan atmosfir, maka hujan masih akan terjadi di Surabaya, juga di beberapa kabupaten/kota lain di Jatim.

“Selama musim kemarau terpantau adanya gangguan gelombang atmosfir seperti Rossby, Kelvin maupun Low Frekuaency,” kata Siska Anggraeni, prakirawan BMKG Stasiun Juanda, Sidoarjo kepada Ketik pada Sabtu, 12 Juli 2025.

Dia juga membenarkan bahwa  saat ini wilayah Jawa Timur memang terjadi kemarau basah. Hal ini terjadi bukan berarti tidak ada musim kemarau. ”Musim kemarau tetap disertai curah hujan di atas normal,” ujar Siska.

Kemarau basah terjadi akibat lemahnya monson Australia. Sedangkan suhu muka laut di wilayah Indonesia masih hangat.

Sementara  BMKG Pusat menjelaskan bahwa cuaca ekstrem masih mengintai wilayah Indonesia. Akibatnya musim kemarau belum dominan.

Kepala BMKG Dwikora Karnawati, kepada media mejelaskan, bahwa dinamikan atmosfir yang kompleks masih memicu terbentuknya awan konektif, sehingga  menyebakan hujan deras.

“Meskipun sudah memasuki musim kemaru beberapa faktor atmosfir masih mendukung terjadinya hujan lebat. Bahkan cuaca ekstrem masih terjadi di beberapa wilayah,” kata Dwikora, di Jakarta, Jumat, 11 Juli 2025.

Berdasarkan pantauan, BMKG hingga akhir Juni 2025 lalu, baru 30 persen zona musim kemarau di Indonesia. Sedangkan  di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua masih berisiko hujan lebat disertai petir dan angin kencang. (*)

Tombol Google News

Tags:

BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Cuaca Rossby Kelvin Low Frekuaency Monson Australia