Mojang Asal Kabupaten Bandung Cindy Terpilih Jadi Peserta Program Young Professionals Visa di Swiss, Simak Pengalamannya!

8 Desember 2025 10:18 8 Des 2025 10:18

Thumbnail Mojang Asal Kabupaten Bandung Cindy Terpilih Jadi Peserta Program Young Professionals Visa di Swiss, Simak Pengalamannya!
Cindy Nur Oktaviani saat di Swiss. (Foto:Dok pribadi)

KETIK, BANDUNG – Mojang asal Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, Cindy Nur Oktaviani, berhasil terpilih sebagai salah satu peserta Program Visa Profesional Muda Swiss (Young Professionals Visa Swiss).

Program ini merupakan program perjanjian bilateral antara Swiss dengan negara mitra (termasuk Indonesia) yang memungkinkan profesional muda untuk mendapatkan pengalaman kerja hingga 18 bulan di Swiss.

Program berfungsi sebagai program pelatihan (trainee) untuk mendukung pengembangan karier mereka di sektor-sektor seperti IT, farmasi, teknik, dan pariwisata, memberikan mereka kesempatan bekerja di perusahaan Swiss sambil memperkaya pertukaran budaya

Selama tinggal di Swiss, Cindy melihat secara langsung bagaimana sistem sosial negara tersebut berjalan dengan landasan liberal-demokrasi. Kebebasan individu sangat dijunjung tinggi, termasuk dalam mengekspresikan identitas diri, orientasi seksual, dan keyakinan personal.Negara hadir sebagai pelindung hak-hak individu secara tegas, sementara urusan agama lebih banyak ditempatkan dalam ranah privat.

Cindy juga merasakan dinamika keberagaman yang berbeda dengan Indonesia. Meskipun Swiss menjamin kebebasan beragama, keragaman agama dalam kehidupan sosial sehari-hari tidak terlalu terasa. 

Bahkan, sebagian masyarakat memilih tidak beragama karena faktor administratif seperti pajak gereja. Bagi Cindy, hal ini menjadi kontras dengan Indonesia, di mana keberagaman agama hadir secara nyata dan hidup dalam ruang sosial.

Sebagai perempuan berhijab, Cindy mengakui pernah merasakan perlakuan yang berbeda, meskipun tidak secara terang-terangan. Pengalaman tersebut semakin menguatkan kesadarannya akan keistimewaan Indonesia, di mana perbedaan agama tumbuh berdampingan dalam ikatan nilai yang sama. Di Indonesia, perayaan keagamaan diakui dan difasilitasi negara, bahkan dijadikan hari libur nasional, menciptakan rasa kebersamaan yang lebih hangat di tengah perbedaan keyakinan.

Menurut Cindy, tinggal di luar negeri justru membuat rasa bangga terhadap identitas sebagai warga negara Indonesia semakin kuat. 

“Indonesia memang tidak sempurna, tetapi nilai toleransi dan saling menghormati terasa lebih hidup. Keberagaman agama bukan sekadar fakta sosial, melainkan pengalaman bersama yang membentuk karakter bangsa,” tutur Cindy.

Pengalaman Cindy di Swiss menjadi gambaran bagaimana interaksi lintas budaya dapat memperkaya perspektif generasi muda Indonesia. Sekaligus menegaskan relevansi Pancasila sebagai kerangka nilai dalam menghadapi dunia global yang semakin beragam.

Kesempatan tinggal di salah satu negara Eropa tersebut menjadi pengalaman berharga baginya, tidak hanya dalam aspek profesional dan kemandirian, tetapi juga dalam memaknai kembali identitas, nilai, dan ideologi bangsa Indonesia.

Pengalaman tersebut membuat Cindy merefleksikan perbedaan mendasar antara ideologi Pancasila dan ideologi negara-negara Eropa. Menurutnya, Pancasila memiliki karakter yang khas karena bersifat humanis dan menjunjung keseimbangan. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial dipadukan tanpa terjebak pada ekstrem kapitalisme, sosialisme, maupun sekularisme. 

“Pancasila bukan ideologi tunggal yang kaku, tetapi sebuah sintesis nilai yang menuntun cara hidup bersama,” ujarnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Swiss Visa Profesional professional visa