Menteri PPPA: Insiden Tewasnya Ibu Muda dan 2 Anak di Kabupaten Bandung Jadi Pelajaran Kuatkan Ketahanan Keluarga

8 September 2025 23:40 8 Sep 2025 23:40

Thumbnail Menteri PPPA: Insiden Tewasnya Ibu Muda dan 2 Anak di Kabupaten Bandung Jadi Pelajaran Kuatkan Ketahanan Keluarga
Menteri PPPA Arifah Choiri Fauzi berziarah ke makam korban di Desa Pasirhuni, Kec Cimaung, Kab Bandung, Senin (8/9/25). (Foto:Iwa/Ketik)

KETIK, BANDUNG – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Choiri Fauzi berakziyah ke rumah orangtua almarhumah korban bunuh diri atau filisia seorang ibu muda dan kedua anaknya.

Menteri PPPA juga menyempatkan diri berziarah ke makam korban di Kampung Kebontunggul RT 02 RW 05, Desa Pasirhuni, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Senin 8 September 2025.

Menteri Arifah menyampaikan duka cita bela sungkawa kepada keluarga korban dan mendoakan almarhumah beserta almarhum kedua anaknya diterima di sisi Allah SWT.

Arifah menyatakan, kasus bunuh diri ini menjadi pelajaran penting bagi kita khususnya keluarga, agar bagaimana kita terus berupaya menguatkan ketahanan keluarga dalam rumah tangga.

"Salah satu yang sangat penting dalam ketahanan keluarga itu adalah komunikasi. Sehingga dengan komunikasi, apa yang dirasakan istri maupun suami harus bisa saling dikomunikasikan," kata Arifah kepada wartawan seusai berziarah kubur.

Dengan memperkuat hubungan komunikasi yang baik, kata menteri, maka tidak akan ada hambatan untuk menyampaikan rasa atau unek-unek yang sedang dirasakan oleh istri ataupun suami.

"Sementara kalau ada kekecewaan yang dipendam sendiri kan akhirnya memutuskan sendiri apa yang menurut kita baik dilakukan, tapi belum tentu menjadi solusi terbaik," tukasnya.

Arifah bilang kasus seperti ini harus menjadi perhatian bersama dan menjadi pelajaran penting bagi kita juga untuk bisa lebih menguatkan sesame anggota keluarga kita.

Kedua, imbuh Menteri, bukan hanya ketahanan keluarga, tetapi lebih dari itu bagaimana hubungan antara anggota masyarakat agar lebih saling peduli bila melihat tetangga kita ada sesuatu yang berbeda.

"Bukan artinya kita ingin ikut campur urusan orang lain atau rumah tangga yang lain, tapi mungkin di antara para tetangga kita juga ada yang butuh perhatian, butuh ditanyakan ada apa masalah gerangan," tukas Arifah.

Dengan pertanyaan yang lebih menunjukkan kepedulian kita akan masalah yang dihadapi tetangga atau bahkan anggota keluarga kita sendiri ini, maka orang yang ditanya itu bisa merasakan ada yang peduli dengan keberadaan dan kesulitannya.

"Ada yang memperhatikannya dan sedikitnya para tetangga rdekat bisa memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh orang yang ditanyai tersebut.

Dengan adanya kasus ini, kata Arifah, maka Kementerian PPPA terus berupaya untuk mengingatkan Kembali untuk bergandengan tangan saling menguatkan bersama-sama.

"Kita saling menguatkan masyarakat kita, memperkuat hubungan silaturahmi di antara anggota masyarakat. Ayo kita intropeksi diri kita masing-masing supaya kasus seperi ini tidak terjadi lagi," ungkap Arifah.

Menteri Arifah mengakui, tindakan preventif Kementerian PPPA sebenarnya sudah ada dengan dibukanya Call Center SAPA 129, berupa layanan pengaduan untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Tapi tidak hanya menerima laporan tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak saja. Sebetulnya hal-hal yang mungkin menjadi persoalan di keluarga atau umah tangga itu bisa dilaporkan ke Call Center SAPA 129," kata Arifah.

Dengan melapor ke Call Center SAPA 129, imbuh menteri, maka Kementerian PPPA pun selanjutnya akan memberikan pendampingan dan penjangkauan atas bantuan apa yang dibutuhkan oleh pelapor.

Diberitakan sebelumnya, pada Jumat (5/9/2025) lalu, Ny EN, warga Kampung Cae di Desa Kiangroke Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, ditemukan bunuh diri oleh suaminya, karena tak tahan keluarganya terbelit utang. Ibu muda itu sebelumnya menjerat leher kedua anaknya AA (9) dan AAP (11 bulan) hingga tewas. (*)

 

Tombol Google News

Tags:

PPPA menteri pppa kementerian pppa Arifah Choiri Fauzi Ibu muda perempuan anak kekerasan