KETIK, SURABAYA – Perayaan Natal dan Tahun Baru di Indonesia tidak hanya menandai momen keagamaan dan pergantian kalender, tetapi juga merefleksikan kekayaan budaya Nusantara. Di berbagai daerah, masyarakat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan tradisi lokal yang sarat nilai kebersamaan, toleransi, dan rasa syukur.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), perayaan Natal berlangsung khidmat dan penuh kekeluargaan. Misa Malam Natal menjadi puncak rangkaian ibadah yang diikuti warga lintas generasi. Usai perayaan, keluarga besar biasanya berkumpul untuk makan bersama sebagai simbol persaudaraan dan ungkapan syukur atas perjalanan hidup selama setahun terakhir.
Nuansa budaya yang kental juga tampak dalam perayaan Natal di Papua. Selain ibadah bersama, masyarakat menampilkan tarian adat dan nyanyian rohani dalam bahasa daerah. Tradisi bakar batu kerap menjadi bagian dari perayaan, sekaligus sarana mempererat solidaritas dan kebersamaan antarwarga.
Sementara itu, di Sumatra Utara, khususnya di kalangan masyarakat Batak, Natal dirayakan melalui kebaktian keluarga yang dilanjutkan dengan tradisi makan bersama atau marsiadapari. Alunan musik gondang Batak dan lagu-lagu rohani semakin menghangatkan suasana, sekaligus menegaskan nilai kekeluargaan dan penghormatan terhadap leluhur.
Di daerah dengan tingkat keberagaman agama yang tinggi seperti Bali, perayaan Natal umat Kristiani berlangsung dalam suasana toleransi. Masyarakat sekitar turut berperan aktif menjaga keamanan dan ketertiban, sementara sentuhan budaya lokal sering hadir dalam dekorasi gereja maupun rangkaian acara perayaan.
Memasuki pergantian Tahun Baru, sejumlah daerah mengisinya dengan kegiatan reflektif. Di Yogyakarta, momen tersebut tidak hanya dirayakan melalui hiburan, tetapi juga doa bersama dan pertunjukan budaya. Di wilayah pesisir, masyarakat menggelar syukuran serta doa sebagai harapan akan keselamatan dan kesejahteraan di tahun yang akan datang.
Beragam tradisi tersebut menunjukkan bahwa Natal dan Tahun Baru di Indonesia dirayakan dalam bingkai kebinekaan. Perpaduan antara nilai keagamaan dan budaya lokal menjadikan perayaan Nataru sebagai momentum untuk memperkuat persatuan, toleransi, serta menumbuhkan harapan akan masa depan yang lebih baik.
