KETIK, MALANG – Stadion Gajayana Kota Malang nyaris berusia seabad. Stadion ini selesai dibangun pada 1926 silam.Dengan umurnya saat ini, Stadion Gajayana menjadi stadion tertua yang masih ada di Indonesia.
Sebelumnya, gelar ini disematkan kepada Stadion Menteng, yang dibangun pada 1921. Namun, stadion ini akhirnya diratakan dan sejak 2007 silam beralih fungsi sebagai taman publik, sumur resapan, dan lahan parkir.
Stadion Gajayana sendiri mengambil nama dari salah satu raja yang pernah berkuasa di wilayah Malang. Raja tersebut bernama Gajayana. Silsilah Gajayana bisa ditemui di Prasasti Dinoyo, yang kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Gajayana memiliki nama kecil Limwa atau biasa juga disebut Liswa. Ia adalah putra raja Dewasimha.
Nama Gajayana sendiri berarti 'Ia yang mengendarai gajah'. Hal ini merujuk kepada Dewa Indra yang biasa menunggang gajah Airawata.
Gajayana memiliki putri bernama Uttejana, yang kemudian diperistri oleh Jananiya, Putra Sang Pradah. Pasangan ini memiliki putra bernama Ananah.
Sosok Ananah inilah yang disebut membangun Candi Badut, tempat pemujaan Siwa, yang sampai saat ini masih bisa ditemui di Kabupaten Malang.
Sejauh ini, tak banyak bukti lain soal Kerajaan Kanjuruhan. Namun, mereka disebut dianeksasi oleh Kerajaan Medang dan turun derajat menjadi kerakaian.
Dalam sejumlah prasasti yang dikeluarkan pejabat-pejabat Medang, muncul istilah Kerakaian Kanuruhan, yang berada di wilayah bekas Kerajaan Kanjuruhan.
Namun, nama Gajayana, salah satu raja terbesar Kanjuruhan, tak hilang. Selain stadion, sebuah universitas swasta di Kota Malang dan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif mengambil nama raja terbesar Kanjuruhan ini.
